Piknik kali ini disponsori oleh,, by my self lah, siapa lagi. Hari Jumat tanggal 2 Februari perjalanan melalahkan dimulai. Rencana Februari ini sebenarnya ke negeri laskar pelangi, namun apalah daya, tabungan inung indak cukup.. maafkan saya teman-teman, ya kali kalau dipaksain bisa nggak makan setahun. Hari jumat, dengan kereta kelas ekonomi seharga Rp 100.000,- keberangkatan yang seharusnya pukul 21.00 molor jadi 22.30. Oke, belum-belum udah nggak enak aja, pake delay pula ni kereta. Akhirnya kami sampai Surabaya Pasar Turi pukul 03.30, yang seharusnya 01.40, mau nggak mau jadwal hari ini yang menyebrang gili seberang via Sumenep harus delay juga, kenapa? ya karena nggak keburu perahunya, penyebrangan ke Gili Genting dan Labak sekitar pukul 05.00 - 06.00 WIB. Akhirnya sama pihak operator jalan dituker jadwalnya, acara yang harusnya hari kedua, dituker jadi hari pertama.
Pukul 05.15 Sabtu tanggal 3 Februari mas -mas operator jalan baru jemput rombongan kami. Siapa peserta kali ini? tambah rame,,, aassiikk, peserta tetapnya ya Inung dan Alifah, Anin yang kemaren ikutan ke Banyuwangi ketagihan jalan bareng kita, akhirnya dia ikut sama satu lagi temenya, Isna, dan ditambah mbak Andin,, aaayyee... berlima kita perempuan tangguh berjalan menuju timur mencari kesejukan hati. Setelah mandi mandi kecil di kamar mandi masjid, kamipun bertemu masnya dan menuju arah Madura. Ternyata masnya ini, mas yang dulu ngater kita piknik di Banyuwangi, cuman ganti TL nya aja. Sebelum jauh meninggalkan Surabaya, kami mampir makan dulu di Surabaya, lokasinya dimana saya juga nggak ngerti banget, deket gor dan alun-alun, makan paginya soto surabaya dengan porsi jummbboo, nasi setengah tapi kayak porsi 2 orang.
Perjalanan panjang menuju Bukit Jaddih, di daerah Bangkalan, perjalanan kurang lebih 1,5 jam dari Surabaya, karena kondisi jalannya yang masih bebatuan yang menyebabkan jadi sedikit lebih lama. Sampai sana masih pagi, foto selfa selfi,Bukit Jaddih ini sebenarnya sisa tambang kapur, bahkan diarea tersebut masih ada penambangan kecil kecilan, dan juga pengerukan. Pengerukan ini untuk memperluas area wisata, kalau info dari mas TL, rencanaya mau dibuat seperti collosium, buat gladiator gitu kali ya mas,,, haha
Next, kita main di bukit bukit lagi, kali ini Bukit Arosbaya, hampir sama dengan bukit Jaddih, bukit Arosbaya juga merupakan sisa penambangan kapur, bedanya warna buktinya lebih merah, mungkin sih karena bukit ini jauh lebih lama dibandingkan bukit Jaddih. Jarak Bukit Arosbaya dengan Jaddih sekitar 1 jaman. Pas sekali diluar hujan terus, maka saya pun bisa tidur pulas di mobil, hahha. Sampai di daerah Bukit Arosbaya (masih di daerah Bangkalan) kondisinya masih hujan. Yasudah bobok lagi aja, sampai ujannya agak reda, turun mampir di warung tenda, dan makan mie rebus, maafkan inung ya mas... (mas yang mana, embuh). Kontur bukit disini lebih bagus, karena dindingnya yang ditata sedemikian rupa, dan warnanya yang temaram.
 |
Bukit Kapur Arosbaya |
Tujuan selanjutnya adalah rumah makan bebek sinjay yang terkenal. Sebenarnya saya tidak begitu suka dengan bebek, namun olahan bebek yang satu ini benar-benar membuat ketagihan. Bebek yang empuk, bumbu yang meresap, kremesan yang pas dan tidak asin, ditambah sambal yang pas membuat lidah benar-benar bergoyang, sambalnya mantap, tidak terlalu pedas. Kalau saya ke sini lagi, saya tidak akan melewatkan bebek sinjay.

Setelah perut terisi kembali, tenaga sudah ada, selanjutnya melanjutkan perjalanan ke next destination, yaitu air terjun Toroan di Kabupaten Sampang. Air terjun ini langsung jatuh ke laut, mungkin ini dari sungai yang bermuara di laut, mungkin loh ya... Asumsi saya sih begitu. Saya rasa kalau sunset disini sangat bagus viewnya, sayang pas kami sampai sana belum sunset sunset amat, baru pukul 3 sore. Tapi tak apalah, kami masih bisa berfoto, its a must sih kalau ini.
 |
Air Terjun Toroan |
 |
Pantai Toroan |
Puas berfoto-foto di air terjun, kami akan beristirahat di hotel di daerah Kabupaten Sumenep. Seharian ini kami benar-benar berputar mengelilingi pulau Madura. Perjalanan dari Toroan ke hotel cukup jauh, iyalah... kami menyusuri jalan sepanjang pantai, nice sih... Pukul setengah 6 kami sampai di penginapan daerah sumenep, hotelnya apaan ya,, lupa, udah lama soalnya, indak di foto lagi. Cuma lumayan nyaman kok buat istirahat, dan mandi, cuma kamar mandinya kurang begitu bersih, sampai harus minta ganti dua kali, minta tambah gayung sama ember yang bekas semen.. hihihi..
Saat makan malam tiba, kami memutuskan ke Warung Upnormal, ealah jon jon,, padahal kalau di Semarang malah belum pernah ke sana, giliran di Madura kok makannya di sini, haha.. Saking bingungnya kita mau makan apa, dari pada makan endog lagi endog lagi, kami akhirnya makan mi aneh aneh di Upnormal, saking senengnya juga sih ada cafe di Madura,, hihi. Makan dari habis isya sampai pukul 9 malam, kami kembali ke hotel yang jaraknya hanya sekitar 50 m, istirahat dimulai.
Pagi hari, Minggu tanggal 4 Februari selepas adzan Subuh, kami berkemas untuk check out dan siap siap menuju Gili Labak. Karena posisi penginapan kami di Sumenep, jadi perjalanan menuju penyebrangan tidak terlalu lama, cukup satu jaman lah kami sudah sampai di dermaga kecil di Desa Tanjung, Saronggi. Penyebrangan dimulai pukul 6 kurang 15.
 |
Akses ke Dermaga Tanjung |
 |
Dermaga Tanjung |
Pagi hari di Tanjung, ternyata meyimpang suasana sunrise yang cantik, seperti ini kira-kira yang berhasil dibidik kamera sunrise pagi itu
 |
Sunrise Tanjung |
 |
Masih seger ya di perahu, iyalah wong pagi |
Destinasi pertama adalah menuju Gili Genting. Perjalanan dari pelabuhan Tanjung ke Gili Genting ditempuh cukup singkat, kurang lebih setengah jam. Sampai sana juga masih sangat pagi, setengah 7 pagi, masih pengen ngasur tapi sudah di pantai aja. Sampai di Gili Genitng yang kami lakukan adalah sarapan pagi, owalah jauh jauh nyebrang pulau ternyata cuma mau makan. Bisa ditebak dong kira-kira menunya apa?
 |
Nasi endog |
Setelah makan di, kami pun nyemplung-nyemplung dikit di sini, dikit aja karena tujuan utamanya kan ke Labak. Kalau di Genting, ada penduduk lokal yang hidup di sini. Pasirnya cenderung basah di genting. Fasilitas komplit komplit, kamar mandi bersih banyak, tempat sampah di mana mana. Karena ndak afdol kalau belum foto, mari kita foto terlebih dahulu
 |
Pantai Gili Genting |
Perjalanan dilanjutkan kembali pukul 8 pagi. Lumayan jauh untuk perjalanan yang selanjutnya, hampir 1,5 jam lebih. Ngantuk, capek, tidur, kok masih ndak sampai sampai ya, bangun, tidur lagi, gitu terus sampai akhirnya jam 10 kurang dikit kami sampai di Gili Labak. And,, wooww,, its amazing, really. Warna lautnya yang biru, cerah, biru, gelap, agak tosca, pasirnya yang lembut, yang putih,, aahhhhh beautiful. Rupanya masih terlalu pagi untuk snorkeling, akhirnya kamipun menunggu sampai jam 12 siang, kenapa? Terlalu dangkal, dan kuatirnya kita kena karang yag tajem apalagi banyak babi laut,, yang item item panjang iya bulu babi, kan sakit kalau kena. Trus kami ngapain? Foto? sudah jelas, kamipun bergeser ke sebelah kanan pulau, yang agak sepi, agak tenang, agak privat, dan memang bagus tempatnya buat foto. Setelah foto kami masih punya banyak waktu, akhirnya kamipun main banana boat
 |
Menyusuri Gili Labak |
 |
Merapih Alam Gili Labak |
Pukul 12, teng teng teng, waktunya snorkeling.. yeaa... Ternyata snorkelingnya diistu aja, kirain mau pindah lokasi dimana gitu, eh ternyata cukup disitu aja. Cuman agak ketengah sedikit gitu deh.. Oiya kalau untuk fasilitas, disini air tawar harus beli, 10 ribu gitu, tapi kami ndak mandi kok, cuman pipis pipis tipis, hahaha, soalnya abis snorkeling kami juga langsung cek out balik kesono lagi. Penginapan? Belum ada juga, adanya tempat ngecamp. Langsung aja deh begini foto snorkelingnya

Pukul 13.30 kamipun mentas dari laut, sudah saatnya kembali ke daratan luas, besok kerja. Sekitar pukul 14.00 perahu motor yang kami tumpangi baru benar-benar meninggalkan Gili Labak. Dua jam perjalanan kami tempuh dengan kondisi gerimis kecil, jauh ya,, capek banget, merem melek kena angin laut dan akhirnya sampai, kamipn lari karena udah kebelet. Buat mandi di daerah sini banyak kok rumah rumah warga yang nyediain fasilitas mandi, di mushola juga ada, di sampingnya pas, apaagi emang parkir kendaraan di mushola, jadi fasilitas kamar mandi di sebelah mushola yang udah berjejer banyak itu tetep dierbu wisatawan, kamipun berpencar mencari lokasi mandi lain, dan well, semua rumah warga di sini bisa banget mandi, mana murah lagi, cukup Rp 3.000,- aja loh..
Bersih sudah, selanjutnya makan,, ampun laper banget suer.. kami makan di rumah warga samping mushola, udah paketan juga, coba tebak? nasi sop sama telur rebus setengah, cari kerupuk aaahhh buat tambah-tambah lauk. Makan sudah, dan waktu menunjukkan pukul 16.00, kita harus bergegas, kereta pukul 21.00, bisa ketinggalan ini, jadi perjalanan normal dari lokasi kondisi tanpa macet adalah 5 jam, mana waktu itu macet, jam 20.45 kami sampai di stasiun Pasar Turi, yang harusnya 5 jam ini cuma 3,5 jam dengan kondisi macet, mau tau gimana kecepatannya? Jantung mau copot, ggiilllaaakkkkkk,, parah, ngeri.. Alhamdulillah selamat,, aku terharu
See u next trip lah ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar