Manis sekali si ambon.. Lagi-lagi saya punya kesempatan buat travelling gratis. Kalau dibilang pure travelling sih bukan, jelas jelas bisa sampai sana karena memang ada pekerjaan, undangan dari kementerian pusat. Beruntungnya jadi satu-satunya staf ya sudah pasti berangkat kemanapun, apesnya sih semua kerjaan larinya juga ke saya, but its oke,, everything will be oke, yang penting sih kalau kata saya bisa pergi jauh. Tanggal 14 Desember 2017, kami bertiga berangkat menuju Ambon pertempuran (bukan medan lagi ya.....). Karena im the only one staf yang harus bisa allround, akhirnya berangkat kali ini perlu pemain tambahan, diambilkan dari mantan staf tempat saya sekarang. Iyalah,,, ane juga masih amatiran soal aplikasi,, deg deg an juga kan kalau berangkat sendiri tanpa senior.
Kamis pukul 5 pagi, saya sudah
standby di depan pintu masuk pemeriksaan awal, nungguin pak bos yang kami kira nggak jadi datang, dan bahagialah kami, hahaha (eh, kami apa cuman gueh ya). Perjalanan 45 menit, mengantarkan kami sampai soetta, dan sampai soetta pesawat kami delay hore satu jam. Prediksi sampai Pattimura pukul 2an, meleset jadi pukul 15.30 WIT. Perjalanan dari bandara Pattimura menuju lokasi di daerah Natsepa cukup jauh, 45 menit kurang lebih. Namun ada insiden kecil waktu kami mau menuju hotel. Saat keluar dari pintu bandara, berjibun taksi lokal menawari saya dan yang lain untuk diantarkan menuju lokasi. Tetapi saya memilih maju jalan lurus mencoba mencari taksi burung biru,, ini yang biasa saya lakukan saat pergi jauh di daerah baru seperti sekarang, faktor
safety menjadi priotitas saya, kalau dua bapak-bapak yang bareng saya ini sih, pasti ngikut aja sama saya, iyalah saya cewek satu-satunya otomasti urusan seperti ini bagian saya. Ngelirik sana sini tidak menemukan taksi yang saya maksud, saya mendekati sopir-sopir taksi yang masih menungguin saya diskusi, dan bertanyalah saya berapa ongkos dari bandara ke Natsepa, satu setengah katanya... saya berusaha memastikan satu setengah juta nih jangan2,, ooww ternyata seratus lima puuh ribu, murah... Begitu deal harga, si bapak mengambil mobil yang diparkir agak jauh, dan kita nunggu di dipinggiran bandara, masih dilokasi yang sama kita nawar tadi, begitu kita mau naik,, ada segerombolan orang yang mendekati si sopir kita, dan memaki maki,, asli saya enggak paham dengan apa yang diucpakan, karena menggunakan bahasa lokal, cuma ada beberapa kata kasar memaki maki bintang keluar,, tapi untung si bapak sopir kita diam saja.. ternayata yang datang tadi yang tidak terima karena si bapak sopir yang dapat penumpang bukan dia.. Owalah,,, kok kasar sekali.
Perjalanan kurang lebih 45 menit sampai di Hotel Natsepa, lokasinya ada di daerah Natsepa Salahutu. Begitu samoai sana, tanpa basa basi langsung lari kebelakang hotel, pppaannttaaaiiiiiii Natsepa...
 |
Halaman Belakang Hotel Natsepa |
Jalan kearah kanan hotel ada dermaga yang entah masih berfungsi atau tidak, tapi yang jelas bagus sekali menjadi spot foto, dan susnsetnya manis sekali..
Malam harinya kami beraktivitas di indoor room, acara sudah dimulai, pun demikian di pagi harinya Jumat tanggal 15 Desember 2017, kami ngantri pembahasan cukup gasik, dengan harapan segera checking segera selesai segera main. Pembahasan dilakukan satu jam lebih lalu setelahnya karena mepet waktu sholat Jumat, akhirnya kami mulai perjalanan sore hari pukul 16.00 WIT.
Sore hari, kami menyewa mobil dari hotel dengan harga nego 350 ribu untuk kebeberapa destinasi. Sebenarnya kepengen ke pantai, namun apalah daya waktu kita keluar sudah pukul 4 sore, belum waktu tunggu saat kita memesan mobil dan perjalanan, akhirnya kami memutuskan menuju arah kota, melewati jembatan merah putih yang menjadi ikonik kota ambon. Saya kira di Ambon bebas macet, ternyata salah, macet jugak di Ambon.. Dimana mana penuh kendaraan
 |
View dari Jembatan Merah Putih |
 |
Jembatan Merah Putih |
Gambar di atas adalah view yang dapat dilihat dari atas jembatan merah putih yang ada di sisi sebelah kiri, berupa teluk ambon, sedangkan di sebelah kanan adalah lautan lepas, namun karena sedang sunset, maka
backlight jika dipaksakan mengambil gambar. Sedangkan gambar di sebelah kiri adalah jembatan merah putih, dimana jembatan ini yang menguhubungkan kota Ambon dengan daerah sekitar pulau Ambon, jadi akses ke kota jika dari arah Natsepa dan sekitarnya adalah jembatan merah putih ini.
Kami menuju pusat oleh oleh Cahaya, letaknya di pusat kota Ambon, depan hotel Swiss Bell Ambon, agak masuk gang dan sebelum jembatan. Kalau kata pak sopir ini yang terlengkap, semua ada. Tapi seluruh peserta pembahasan juga menuju pusat oleh-oleh ini juga. Harga disini standart, untuk makanan ringan seharga 35 ribu keatas untuk satu packnya, dan kaos dibanderol harga 90 sampai 95 ribu rupiah. Selanjutnya perjalanan kami menuju ke gong perdamaian,,
World Peace Gong. Letaknya tidak terlalu jauh dari pusat oleh oleh, berada di pusat kota. Masuk ke lokasi ini kami dikenakan biaya masuk 5.000 rupiah per orang.
Kami tidak berlama-lama di sini, karena hari yang semakin sore, dan kami juga harus kembali. Selepas dari gong perdamaian, kami menuju Rumah Makan Semarang, wealah, jauh jauh kok kembalinya ke Semarang lagi... Ini karena pak bos pengen makan sate kambing, sementara kami berdua sih hanya pengikut, ngikut ajalah, wong dari awal pak bos udah nentuin arah sendiri tanpa tanya ke kita orang,, sampai sana ternyata jualnya macem-macem bukan cuma sate kambing, saya milih menu lontong sayur, dan teman saya memilih gado-gado, baru deh pak bos tanya, pada gak suka kambing to? wealah,, telat booossss...
Malam hari pukul 20.00 kami baru sampai hotel, perjalanan pulangnya ternyata macetnya tambah parah. Demi menngobati kekecewaan jalan jalan sore tadi, kami berdua para setap nyewa sepeda motor, biaya sewa yang ditawarkan pihak hotel bervariasi, sebenarnya kami sudah merencanakan pergi dari siangm tapi apalah apalah,, padahal malam sebelumnya saya sudah nyari peta vakasi ambon.
 |
Peta Vakasi Ambon |
Kalau ditanya hafal jalan, sudah pasti tidak, lahwong Tlogorejo Semarang aja saya nyasar apalagi kota baru. Berbekal gmap, malam malam kami meuju kota kembali. Si teman tampaknya belum puas sama oleh oleh yang tadi sore, iyalah,, dari awal perjalanan tadi sore dia sudah bilang udah nggak mood, akhirnya dia cuma beli pajangan dinding waktu sore tadi. Malamnya kami muter-muter nyari pusat oleh-oleh yang lain. Dapat satu pusat oleh-oleh, lumayan.. pilihannya lebih sedikit memang, tapi yyaa sudahlah. Selanjutnya kami nyasar ndak karuan kearah pelabuhan Ambon, Pelabuhan Yos Sudarso namanya, itu ya yang mboncengin,, udah marah-marah ndak karuan, ssaaallaahhhh mulu deh gueh, diem ajalah. Akhirnya kami bisa balik lagi ke kota, dan nemu toko oleh-oleh lain persis disamping toko yang tadi, dan sayapun ngomel ngomel sendiri.
Malam kian larut, ah belum.. masih jam setengah 10, kami mampir ke alun alun kota mabon, dan sebelahnya adalah monumen Pattimura, jangan lupa foto dulu...
Pukul 10 malam, kami memtuskan kembali ke hotel, melewati kembali jembatan merah putih, lampu-lampunya berwarna-warni, mulai dari merah, biru, hijau, kuning, kami pun menepikan motor dan kembali berfoto di jembatan ini untuk malam hari
 |
Jembatan merah putih dari jauh |
Kami sampai hotel tepat pukul 11 malam, ini karena mampir mampir sih,, perjalanan dengan motor dan malam hari lebih cepet kok, hanya memakan waktu 30 menit. Saatnya tidur dan petualangan esok harinya. Oiya, karena kami menggunakan motor selama 3 jam, kami dikenakan biaya 75 ribu. murahlah...
Pagi hari, Sabtu 16 Desember 2017, jam 6.30 kami sudah siap dengan motor menuju pantai Liang. Pantai Liang letaknya jauh sebenarnya, ada diujung timur pulau Ambon, tapi selalu pakai taktik biar yang diajak ndak protes, sebutkan jarak tempuhnya, cuma 30 menit kok.. Dan benar saja memang cuma 30 menit perjalanan motor dari hotel Natsepa, itu dikarenakan masih pagi, dan jalanan sepi. Sampai Pantai Liang pas dibuka gerbangnya, untung ndak kepagian.. Warna birunya laut disini memiliki gradasi yang sangar cantik, sayangnya terlalu pagi, sehingga gradasi warnanya tidak begitu menonjol, tapi bagus kok...
 |
Ngadem di Liang |
 |
Cantiknya Liang |
 |
Pantai Liang |
Perjalanan selanjutnya, kami menuju pantai Natsepa samping hotel, iya kesana,, hahaha,, lahwong dari kemaren kami hanya melihatnya dibelakang hotel, belum turun langsung kepantainya.
Selama perjalanan menuju dan kembali menuju Natsepa, kami melewati beberapa pelabuhan kecil, ya mungkin 3 pelabuhan, penasaran kami mampir salah satunya. Dikarenakan kami belum pernah kesini, kami masuk lewat loket, kirain gratis, kok bayar 55 ribu ya,, yasudah bayar saja, ternyata kami salah masuk pintu,, pintu yang itu untuk yang menuju penyebrangan kapal, pantas saja mahal... dikira kami beserta motor mau menyebrang. wealah...
Sampai di Natsepa kurang lebih setengah 9 pagi, jangan lupa main main air, disini pantainya bagus juga ternyata... Lepas sepatu, keceh... Just for information, dipinggiran pantai Natsepa banyak pondokan yang jual rujak natsepa, terkenal juga disini rujaknya, namun karena masih pagi, para mama penjual rujak belum menjajakan dagangangya. Sedangkan untuk masuk pantai Natsepa dikenakan biaya 10 ribu (kayaknya, lupa-lupa ingat kakak)
 |
Indahnya pasir Natsepa
|
 |
Inung dan Natsepa |
 |
Keceh di Pantai |
Terus kamipun lapar, makan dihotel? enggak deh kayaknya, mumpung diluar, kamipun menuju kearah barat, arah kota,, maju sedikit sekitar 10 menit, ada yang jual soto, bakso, dan mie ayam dengan viem menghadap pantai.. romantis kalik... Mampirlah kami kesini
Kalau ditanya rasanya,, jauh ya dibanding jawa, tapi suasananya,, lumanyun, ya ambil positifnya ajalah, mungkin dia jual suasana, biar ndak kuciwa aja sih ini sebenarnya, haha
Sampai hotel kamipun siap siap kembali ke kenyataan, peswat jam 14.45 dan saya belum check in, yasudah, cepat cepatlah kita biar ndak ketinggalan pesawat. Pukul 11 kami keluar hotel, checkout dan sebagainya,, lalu kami menuju pusat oleh oleh (lagi), dan ditoko Cahaya (lagi). Selanjutnya pak bos pengen merasakan papeda, wealah,, ini pak bos kalau soal makan, pengennya coba-coba, padahal dua anak ini nggak pernah doyan makanan macem-macem, kita mah pesen nasi putih sama lauk perkedel. Dan, begitulah, kami sampai di Pattimura agak agak delay dalam menuju Jakarta dan Semarang..
Cant wait next end years, next pembahasan, see u soon...
Semarang, 26 Desember 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar