Senin, 25 Desember 2017

Ambon Maniisseee

Manis sekali si ambon.. Lagi-lagi saya punya kesempatan buat travelling gratis. Kalau dibilang pure travelling sih bukan, jelas jelas bisa sampai sana karena memang ada pekerjaan, undangan dari kementerian pusat. Beruntungnya jadi satu-satunya staf ya sudah pasti berangkat kemanapun, apesnya sih semua kerjaan larinya juga ke saya, but its oke,, everything will be oke, yang penting sih kalau kata saya bisa pergi jauh. Tanggal 14 Desember 2017, kami bertiga berangkat menuju Ambon pertempuran (bukan medan lagi ya.....). Karena im the only one staf yang harus bisa allround, akhirnya berangkat kali ini perlu pemain tambahan, diambilkan dari mantan staf tempat saya sekarang. Iyalah,,, ane juga masih amatiran soal aplikasi,, deg deg an juga kan kalau berangkat sendiri tanpa senior. 
Kamis pukul 5 pagi, saya sudah standby di depan pintu masuk pemeriksaan awal, nungguin pak bos yang kami kira nggak jadi datang, dan bahagialah kami, hahaha (eh, kami apa cuman gueh ya). Perjalanan 45 menit, mengantarkan kami sampai soetta, dan sampai soetta pesawat kami delay hore satu jam. Prediksi sampai Pattimura pukul 2an, meleset jadi pukul 15.30 WIT. Perjalanan dari bandara Pattimura menuju lokasi di daerah Natsepa cukup jauh, 45 menit kurang lebih. Namun ada insiden kecil waktu kami mau menuju hotel. Saat keluar dari pintu bandara, berjibun taksi lokal menawari saya dan yang lain untuk diantarkan menuju lokasi. Tetapi saya memilih maju jalan lurus mencoba mencari taksi burung biru,, ini yang biasa saya lakukan saat pergi jauh di daerah baru seperti sekarang, faktor safety menjadi priotitas saya, kalau dua bapak-bapak yang bareng saya ini sih, pasti ngikut aja sama saya, iyalah saya cewek satu-satunya otomasti urusan seperti ini bagian saya. Ngelirik sana sini tidak menemukan taksi yang saya maksud, saya mendekati sopir-sopir taksi yang masih menungguin saya diskusi, dan bertanyalah saya berapa ongkos dari bandara ke Natsepa, satu setengah katanya... saya berusaha memastikan satu setengah juta nih jangan2,, ooww ternyata seratus lima puuh ribu, murah... Begitu deal harga, si bapak mengambil mobil yang diparkir agak jauh, dan kita nunggu di dipinggiran bandara, masih dilokasi yang sama kita nawar tadi, begitu kita mau naik,, ada segerombolan orang yang mendekati si sopir kita, dan memaki maki,, asli saya enggak paham dengan apa yang diucpakan, karena menggunakan bahasa lokal, cuma ada beberapa kata kasar memaki maki bintang keluar,, tapi untung si bapak sopir kita diam saja.. ternayata yang datang tadi yang tidak terima karena si bapak sopir yang dapat penumpang bukan dia.. Owalah,,, kok kasar sekali.
Perjalanan kurang lebih 45 menit sampai di Hotel Natsepa, lokasinya ada di daerah Natsepa Salahutu. Begitu samoai sana, tanpa basa basi langsung lari kebelakang hotel, pppaannttaaaiiiiiii Natsepa...

Natsepa Ambon Maluku

Natsepa Ambon Maluku
Halaman Belakang Hotel Natsepa
Jalan kearah kanan hotel ada dermaga yang entah masih berfungsi atau tidak, tapi yang jelas bagus sekali menjadi spot foto, dan susnsetnya manis sekali..

Natsepa Ambon Maluku

Natsepa Ambon Maluku
Malam harinya kami beraktivitas di indoor room, acara sudah dimulai, pun demikian di pagi harinya Jumat tanggal 15 Desember 2017, kami ngantri pembahasan cukup gasik, dengan harapan segera checking segera selesai segera main. Pembahasan dilakukan satu jam lebih lalu setelahnya karena mepet waktu sholat Jumat, akhirnya kami mulai perjalanan sore hari pukul 16.00 WIT.

Sore hari, kami menyewa mobil dari hotel dengan harga nego 350 ribu untuk kebeberapa destinasi. Sebenarnya kepengen ke pantai, namun apalah daya waktu kita keluar sudah pukul 4 sore, belum waktu tunggu saat kita memesan mobil dan perjalanan, akhirnya kami memutuskan menuju arah kota, melewati jembatan merah putih yang menjadi ikonik kota ambon. Saya kira di Ambon bebas macet, ternyata salah, macet jugak di Ambon.. Dimana mana penuh kendaraan

View dari Jembatan Merah Putih

Jembatan Merah Putih
Gambar di atas adalah view yang dapat dilihat dari atas jembatan merah putih yang ada di sisi sebelah kiri, berupa teluk ambon, sedangkan di sebelah kanan adalah lautan lepas, namun karena sedang sunset, maka backlight jika dipaksakan mengambil gambar. Sedangkan  gambar di sebelah kiri adalah jembatan merah putih, dimana jembatan ini yang menguhubungkan kota Ambon dengan daerah sekitar pulau Ambon, jadi akses ke kota jika dari arah Natsepa dan sekitarnya adalah jembatan merah putih ini.
Kami menuju pusat oleh oleh Cahaya, letaknya di pusat kota Ambon, depan hotel Swiss Bell Ambon, agak masuk gang dan sebelum jembatan. Kalau kata pak sopir ini yang terlengkap, semua ada. Tapi seluruh peserta pembahasan juga menuju pusat oleh-oleh ini juga. Harga disini standart, untuk makanan ringan seharga 35 ribu keatas untuk satu packnya, dan kaos dibanderol harga 90 sampai 95 ribu rupiah. Selanjutnya perjalanan kami menuju ke gong perdamaian,, World Peace Gong. Letaknya tidak terlalu jauh dari pusat oleh oleh, berada di pusat kota. Masuk ke lokasi ini kami dikenakan biaya masuk 5.000 rupiah per orang.

Gong Perdamaian Ambon
Gong Perdamaian Ambon


Kami tidak berlama-lama di sini, karena hari yang semakin sore, dan kami juga harus kembali. Selepas dari gong perdamaian, kami menuju Rumah Makan Semarang, wealah, jauh jauh kok kembalinya ke Semarang lagi... Ini karena pak bos pengen makan sate kambing, sementara kami berdua sih hanya pengikut, ngikut ajalah, wong dari awal pak bos udah nentuin arah sendiri tanpa tanya ke kita orang,, sampai sana ternyata jualnya macem-macem bukan cuma sate kambing, saya milih menu lontong sayur, dan teman saya memilih gado-gado, baru deh pak bos tanya, pada gak suka kambing to? wealah,, telat booossss...

Malam hari pukul 20.00 kami baru sampai hotel, perjalanan pulangnya ternyata macetnya tambah parah. Demi menngobati kekecewaan jalan jalan sore tadi, kami berdua para setap nyewa sepeda motor, biaya sewa yang ditawarkan pihak hotel bervariasi, sebenarnya kami sudah merencanakan pergi dari siangm tapi apalah apalah,, padahal malam sebelumnya saya sudah nyari peta vakasi ambon.

Peta Vakasi Ambon
Kalau ditanya hafal jalan, sudah pasti tidak, lahwong Tlogorejo Semarang aja saya nyasar apalagi kota baru. Berbekal gmap, malam malam kami meuju kota kembali. Si teman tampaknya belum puas sama oleh oleh yang tadi sore, iyalah,, dari awal perjalanan tadi sore dia sudah bilang udah nggak mood, akhirnya dia cuma beli pajangan dinding waktu sore tadi. Malamnya kami muter-muter nyari pusat oleh-oleh yang lain. Dapat satu pusat oleh-oleh, lumayan.. pilihannya lebih sedikit memang, tapi yyaa sudahlah. Selanjutnya kami nyasar ndak karuan kearah pelabuhan Ambon, Pelabuhan Yos Sudarso namanya, itu ya yang mboncengin,, udah marah-marah ndak karuan, ssaaallaahhhh mulu deh gueh, diem ajalah. Akhirnya kami bisa balik lagi ke kota, dan nemu toko oleh-oleh lain persis disamping toko yang tadi, dan sayapun ngomel ngomel sendiri.

Malam kian larut, ah belum.. masih jam setengah 10, kami mampir ke alun alun kota mabon, dan sebelahnya adalah monumen Pattimura, jangan lupa foto dulu...



Pukul 10 malam, kami memtuskan kembali ke hotel, melewati kembali jembatan merah putih, lampu-lampunya berwarna-warni, mulai dari merah, biru, hijau, kuning, kami pun menepikan motor dan kembali berfoto di jembatan ini untuk malam hari

Jembatan Merah Putih Ambon
Jembatan merah putih dari jauh

Kami sampai hotel tepat pukul 11 malam, ini karena mampir mampir sih,, perjalanan dengan motor dan malam hari lebih cepet kok, hanya memakan waktu 30 menit. Saatnya tidur dan petualangan esok harinya. Oiya, karena kami menggunakan motor selama 3 jam, kami dikenakan biaya 75 ribu. murahlah...

Pagi hari, Sabtu 16 Desember 2017, jam 6.30 kami sudah siap dengan motor menuju pantai Liang. Pantai Liang letaknya jauh sebenarnya, ada diujung timur pulau Ambon, tapi selalu pakai taktik biar yang diajak ndak protes, sebutkan jarak tempuhnya, cuma 30 menit kok.. Dan benar saja memang cuma 30 menit perjalanan motor dari hotel Natsepa, itu dikarenakan masih pagi, dan jalanan sepi. Sampai Pantai Liang pas dibuka gerbangnya, untung ndak kepagian.. Warna birunya laut disini memiliki gradasi yang sangar cantik, sayangnya terlalu pagi, sehingga gradasi warnanya tidak begitu menonjol, tapi bagus kok...


Pantai Liang Maluku Tengah
Ngadem di Liang


Pantai Liang Sahulau Maluku Tengah
Cantiknya Liang

Pantai Liang

Perjalanan selanjutnya, kami menuju pantai Natsepa samping hotel, iya kesana,, hahaha,, lahwong dari kemaren kami hanya melihatnya dibelakang hotel, belum turun langsung kepantainya.

Selama perjalanan menuju dan kembali menuju Natsepa, kami melewati beberapa pelabuhan kecil, ya mungkin 3 pelabuhan, penasaran kami mampir salah satunya. Dikarenakan kami belum pernah kesini, kami masuk lewat loket, kirain gratis, kok bayar 55 ribu ya,, yasudah bayar saja, ternyata kami salah masuk pintu,, pintu yang itu untuk yang menuju penyebrangan kapal, pantas saja mahal... dikira kami beserta motor mau menyebrang. wealah...

Sampai di Natsepa kurang lebih setengah 9 pagi, jangan lupa main main air, disini pantainya bagus juga ternyata... Lepas sepatu, keceh... Just for information, dipinggiran pantai Natsepa banyak pondokan yang jual rujak natsepa, terkenal juga disini rujaknya, namun karena masih pagi, para mama penjual rujak belum menjajakan dagangangya. Sedangkan untuk masuk pantai Natsepa dikenakan biaya 10 ribu (kayaknya, lupa-lupa ingat kakak)

Pantai Natsepa Ambon Maluku
Indahnya pasir Natsepa


Pantai Natsepa Ambon Maluku
Inung dan Natsepa
Pantai Natsepa Ambon Maluku
Keceh di Pantai

Terus kamipun lapar, makan dihotel? enggak deh kayaknya, mumpung diluar, kamipun menuju kearah barat, arah kota,, maju sedikit sekitar 10 menit, ada yang jual soto, bakso, dan mie ayam dengan viem menghadap pantai.. romantis kalik... Mampirlah kami kesini




Kalau ditanya rasanya,, jauh ya dibanding jawa, tapi suasananya,, lumanyun, ya ambil positifnya ajalah, mungkin dia jual suasana, biar ndak kuciwa aja sih ini sebenarnya, haha

Sampai hotel kamipun siap siap kembali ke kenyataan, peswat jam 14.45 dan saya belum check in, yasudah, cepat cepatlah kita biar ndak ketinggalan pesawat. Pukul 11 kami keluar hotel, checkout dan sebagainya,, lalu kami menuju pusat oleh oleh (lagi), dan ditoko Cahaya (lagi). Selanjutnya pak bos pengen merasakan papeda, wealah,, ini pak bos kalau soal makan, pengennya coba-coba, padahal dua anak ini nggak pernah doyan makanan macem-macem, kita mah pesen nasi putih sama lauk perkedel. Dan, begitulah, kami sampai di Pattimura agak agak delay dalam menuju Jakarta dan Semarang..

Cant wait next end years, next pembahasan, see u soon...

Semarang, 26 Desember 2017








Jumat, 18 Agustus 2017

Osing Banyuwangi

Tiba-tiba banget ingin travelling.. Bukan tiba-tiba sih, hanya berusaha lari. Kok lari neng? Iya lari dari kenyataan bang... Target setaun sekali, karena bingung mau apa, sementara uang di rekening masih numpuk, ya sudah dikuras saja, kalau sekarang mah gue "kere", haha.

Target ke Banyuwangi memang sudah ada setelah dari Lombok bulan Maret lalu, cuman gak nyangka aja kalau akhirnya bulan Juli perginya. Setelah match matchin jadwal kereta, jadwal bis, dan jadwal kerjaan yang susah banget matchnya, tiba-tiba si Minakara ngasih link open trip, ah yasudahlah toh hanya selisih 200an dari budget backpaker yang sudah saya buat beberapa bulan lalu. Oke fine, daftar... DP dibayar 400,- dan pelunasan 390,- dilokasi. Noted, underline, bold, tanggal 29 30 Juli ngetrip ke Banyuwangi, saatnya berburu tiket kereta. Jumat malam pukul setengah 7, saya sudah ada di Poncol dulu, saatnya cetak cetak boarding pass,. Peserta kali ini yang jelas saya Rischa Inung Fauziah dan Alifah, ditambah satu lagi anak yang gabung, sebut saja Anin (entah nama sebenarnya atau bukan)

Boardingpass Berangkat
Kereta berangkat tepat pukul 19.40, perjalanan cukup singkat kurang lebih 4jam. Sampai sana, kami sudah janjian dijemput operator jalan yang akan membawa kita ke Banyuwangi, sebut saja mas Indra (nama sebenarnya). Ada sedikit kendala, misscommunication, dan selemestek kalau bahasa inggrisnya. Ada dua peserta yang harus kita tunggu sampai jam 2 lebih dan akhirnya gak jadi gabung, oke.. waktu 2jam terbuang percuma dan sia sia, jadilah kami berangkat berempat menuju BMX. Satu lagi peserta dari Jakarta ini bernama Sandra (ngakunya sih begitu, iyain aja), solo traveller perempuan yang emejing menurut saya. Sendirian lloohhh,, pantut ditiru.

Perjalanan yang lama justru dari Surabaya menuju Banyuwanginya, 7 jam,, untung mobil yang dipakai kapasitas besar, karena memang didesain buat 6 orang, syukur deh yang 2 cancel, longgar kan jadinya, hahaha.. Sampai Banyuwangi, tepatnya di daerah Watudodol, pukul 8 pagi, ndak pakai mandi, langsung ganti kostum buat snorkeling. Kita mampir makan juga disini, dan disini pula penyebrangan ke Bali. Loh, kok Bali? Iya,, kita mau bersnorkeling di Pulau Menjangan. Pulau Menjangan ini masuk ke kawasan konservasi Bali Barat.


Ternyata cukup lama waktu yang ditempuh untuk menyebrang dari GWD sampai pulau Menjangan, kalau ndak satu jam ya satu setengah jam, dipas pasin aja. Karena jam tangan dan handphone udah dimasukin di tas, ombaknya lumayan, kita aja basah kuyup sebelum nyebur, kan sayang kalau hpnya ikutan snorkeling. Sampai Menjangan, kita bersnorkeling di dua spot pilihan si mas tur (sebut saja demikian, bukan nama sebenarnya, tauk deh nama sebenarnya siapa). Kita yang berempat awalnya, ketambahan dua peserta lagi buat nyebrang, sebut saja pasangan muda mudi yang keren banget dan traveling bareng (beliau ini suami istri dan udah muter-muter hampir seluruh Indonesia dan beberapa di luar negeri)

Isi perahu

Oiya, for ur information, kita ndak pakai fin buat nyebur, karena pakai fin emang udah dilarang di sini, merusak ekosistem terumbu karang. Tapi kalau mau pake fin, boleh aja sih, tapi bayar lagi ya... ini exclude paket wisata. Tapi ternyata lebih enak snorkeling tanpa fin kok. Udah 2 kali snorkeling pakai fin, ini sekali ndak pakai fin, ternyata enakan ndak pakai.

Menjangan Bali
Inung snorkeling spot 1

Spot snorkeling pertama, kami menghabiskan waktu cukup lama disini.. Bisa dibilang di sini oke banget.. ada palung yang cukup dalam. Dan, itu benar-benar amazing,, warna laut dari terang menjadi gelap. Ada gradasi warna dalam satu area. Cuma, sayangnya saya ndak berani foto di dekat palung itu, jadi ya... Take fotonya dari atas, sama yang agak jernih dikit lah, deket sama permukaan gitu. Ikan-ikannya juga cukup banyak, tapi saya paling ngefans sama terumu karang yang diarea palung. Cannttiikkk banget
Menjangan Bali
Inung masih di spot 1
Foto di samping jugak masih di spot satu, agak dalam dikit, dikit aja ndak pakai banyak. Horor, beda sama pas di Karimun sama Bunaken yang mas tur stanby, di sini juga sih sebenarnya, cuma kita dilatih buat ndak takut. Tapi asli, saya sih beneran takut. Kalau tenggelam bagaimana, kan nggak lucu niat travelling tapi nyebur kebawa ombak, sssseerreeemm.














Setelah satu jaman liat anemon, bintang laut, ikan, terumbu karang, teripang, timun laut, dan beranake keragaman hayati yang ndak pakai lelah di bawah laut, saatnya move to next spot. Spot kedua bisa dibilang ppaaannnaaasss banget, airnya bening, bening banget. Tapi airnya anget saking panasnya sengatan matahari. Jadi yang tadinya kita kedinginan dari spot pertama, ditambah kena angin selama perjalanan dari spot satu ke spot kedua, sampai spot kedua jadi anget aja badanya.. Nyemplung jugak semangat.

Menjangan Bali
Inung snorkeling di spot kedua
Nah, yang di sebelah ada view di spot kedua. Lebih jernih kan? Iya emang begitu, airnya jernih, bening, dan anget. Jadi menurut info dari mas tur, harusnya kami ke sini dulu baru ke spot yang tadi pertama. Cuma, karena kita udah agak siang sampainya, dan kondisi angin yang semakin tinggi, kita harus ke spot yang tadi terlebih dahulu. Kalau endak, percuma kesana, ombak udah tinggi dan kita jadi ndak bisa snorkeling di sana.

Itu posisinya lebih dalem dari foto pertama, tapi tetep kelihatan jernih kan..

Udah mulai bosen, salah.. laper. naiklah saya ke atas perahu, mencari sesuap nasi. Makannya di sini biasa aja, namanya juga paket murah. Makan seadanya, yang penting kenyang, yang penting ada makanan masuk, kalau laper semua pasti enak.

Menjangan Bali

Menunya biasa aja kan? Tapi dengan view yang begitu yakin deh jadi ruar biasah.. Habis makan jangan lupa selfie cekrek.

Setelah perut lumayan kenyang, saatnya ke pulau Menjangannya,, di pulaunya, bukan di laut-lautnya kayak tadi. Kenapa disebut pulau menjangan? Karena di pulau ini hidup menjangan liar (eh liar apa emang di ternak ya). Kami juga ketemu kok sama dua menjangan di sini. Mirip mirip rusa gitu deh. sayangnya ndak kefoto, karena setiap kali kami deketin, dianya kabur.. oke fine.. ndak ganggu kok.

Tet, kurang lebih jam setengah 2 waktu indonesia tengah.. padahal cuma nyebrang bentar, udah masuk indonesia tengah aja kan. Saatnya balik, sebelum kemaleman kitanya. Perjalanan balik dari sini, mostly kami tidur diperahu, ngantuk banget, capeknya bener-bener kerasa. Puas main, jadinya ngantuk. Tapi ini ndak bertahan lama. Setengah jam menjelang sandar di GWD, ombakya ttinngggiii banget. Asli, suer, sampai kita harus menyeimbangkan duduk kita, ngitung berapa orang yang di sisi kanan dan di sisi kiri. Saya dan Sandra ada di depan, udah paling basah duluan, yang tadinya kering, ngantuk-ngantuk kepanasan, jadi kedinginan. Miring nganan, miring ngiri, takut, teriak-teriak, panik.. dan saat kami penumpangnya begitu, mas tur sama 2 yang pegang kemudi, santai aja begitu, ketawa-ketawa. Hash, nyebelin. panikan dikit napa.

Sampai GWD setengah 3an, WIB loh ya.. sudah masuk WIB. Kami lagi apes, airnya di GWD mati, ada pemadaman. akhirnya kami cuma ganti baju kering, terus nyari pom bensin terdekat. Sayangnya sampai pom bensin juga sama, karena pom bensin ini sudah diserbu satu bis rombonga dari GWD juga. Akhirnya saya ndak mandi loh... Niatnya mandi di Baluran, tapi ah syudahlah...

Perjalanan dari GWD sampai Baluran cukup lama ple mines satu jam. Dari masuk pintu gerbang Baluran ke padang savana, lebih lama lagi,, satu jaman jugak, tapi jalannya yang cuma batu terjal, buat perjalanan lllaaammma banget. Dari masuk ini kita sudah disuguhi hutan, kanan kiri pohon dan banyak bintang. Kalau malam, ada harimau liar yang keluar, serem ah.

Merak Baluran
Sampai di Baluran, waktunya foto.. padang savana ini lluuaaasss sekali. Di sini kita bisa menlihat ada sekumpulan sapi liar, rusa, apa lagi ya.. banyak deh pokoknya. dan ada pohon raisa, yang kataynya Raisa take di sini buat video klipnya.
Inung dan Raisa
Sapi  (Sapi baluran di sekitar sumur, sumber mata air buat mereka)


Rusa Baluran















Sekumpulan rusa di belakang sapi. Rusa di sini ada yang punya ciri khas. Rusa jantan ada yang pakai mahkota, semacam rumput-rumput kering yang disusun di atas kepala rusa. Hal ini menandakan si rusa jantan siap untuk kawin, dan menggunakan mahkota ini sebagai upaya untuk menarik lawan jenisnya.








Dari kanan ke kiri
(sandra, inung, alifah, anin)
Puas foto-foto di Baluran, pukul 5, saatnya balik. Sebelum beneran ketemu rusa. Lagi-lagi kami tidur, apa cuma saya sama alifah ya.. capek banget soalnya. Perjalanan keluar savana satu jam, dari pintu masuk sampai GWD satu jam, dari GWD ke penginapan satu jam. Wait, GWD lagi? iya, makannya di sana (again). Agak apes malam ini, perasaan dari awal loh.. menunya lele. ah baiklah, saya pesan saja indomi rebus. Indomi rebus dipinggir pantai, pada ngiri kan yang lain, pesen menu yang sama juga. Asiknya di sini, kita ndak kena pemahalan, harganya asli, cuma 5.000,- per porsi. Aqua sebotol juga cuma 3.000,-.

Sampai di hotel, saya mandi. Istirahat. Hotelnya biasa, tapi cukup nyaman lah buat numpang tidur 3 jam. Lagian sayang kalau di hotel mahal, cuma buat mandi, sama tidur 3 jaman doang. Karena jam 11 kita udah dibangunin buat persiapan tracking. hooh, perjlanan panjang berat ke barat di mulai malam ini. Tepat pukul 11, mas tur membangunkan kami. Persiapan, dan jam 12 kami mulai berangkat dari hotel. Forget it, kami menginap di hotel Brawijaya. Bukan Surabaya loh ya.. bukan. Lagi-lagi satu jam. Satu jam untuk sampai lokasi. Begitu sampai parkiran, turun dari moobil, alamak... aaakkk ini ndak ada yang lebih dingin dari ini? sssuueeerrr dingin banget. Ada sih, di dieng, hampir mirip dinginnya. 


















Pukul 01.00 tanggal 30 Juli 2017, kedinginan di lereng kawah ijen. Ngeteh dulu bang, adek ndak kuat dingin.. dinginnya menusuk nusuk hati. Ini padahal saya pakai baju dobel loh,, hahaha.. ndak kuat kalau nggak gitu. Kaos dobel, celana dobel.. biar anget..

Mimik teh anget sambil berdiri dekat tungku, is the best choice... tehnya juga murah kok, 3.000,- kalau ndak salah, apa 5.000,- ya..

Setengah 2, kami mendekat ke pintu masuk jalur pendakian. Tapi... kami belum boleh masuk, yang boleh masuk hanya troli. Pendakian mulai dibuka pukul 02.00 dini hari. Hal ini untuk menghindari terlalu lama di dekat belerang. bahaya... Kami berdiri tepat di depan pintu masuk. biar kalau dibuka langsung bisa nyerobot.

Tepat pukul 02.00 kami boleh masuk, ngacir... masih semngat semngatnya loh.. tapi 15 menit jalan, mulai kerasa ngos ngosan.. jalannya ampun, ndak ada yang ndak naik. Kemiringan hampir 45 derajat. Gimana nggak ngos ngosan. Mas tur cuma ngingetin, kalau capek, mending istirahat, masih keburu kok lihat blue fire, dari pada di atas kelamaan malah kedinginan nunggu sunrise. Awalnya kita berencana jalan bareng ber 6, ber enam, 4 kami, 2 lagi yang satu mas tur sama ponakannya yang masih SMP. Masih smp, tapi jago banget tracking beginian. Kami jadi terpecah 3 kelompok, Anin dan ponakan mas tur depan sendiri, saya dan Sandra di tengah, dan Alifah sama mas tur paling belakang. Hahahah, nggak tega asli liat muka alifah, tiap 5 menit berhenti, minum, ngos ngosan, meracau ndak jelas. Hampir setiap ada kayu yang panjang, bisa buat duduk, mampir duduk, ada batu yang kokoh, nyender. Hahahaha, yang kami butuhkan cuma nyender dan nyender.

Gelap, tapi ndak jadi gelap, dan nggak mungkin tersesat, jalur tracking cuma 1, penuh, ramai, hampir semua orang bawa senter, jadi aman, meskipun terpecah jadi 3 kelompok. Foto? No documentaion. Selain karena gelap, ndak bakal keliatan apa-apa, kami juga ndak konsen foto, konsennya kapan sampai. Setelah tracking 1,5 jam, kami menemukan warung di tempat hampir seperempat jalan. Dari sana. kemiringan sudah 60 derajat, kanan langsung kiri, benar-benar tertinggi kemiringannya. Tapi ini ndak lama, 10 meteran dengan kondisi jalan yang seperti ini, jalan selanjutnya datar. Syukurlah, ini tandanya kami hampir sampai. benar saja, setengah jam setelah itu kami sampai di puncak. Syukur alhamdulillah... "Blue Fire".

Blue firenya mana inung? Jangan tanya deh, kami lihatnya cukup dari puncak, sepertinya kami bakal kuwalahan kalau harus turun sampai kawah. Cukup, cukup. Jadi no pict ya... percuma, hanya keliahatan seperti setitik lampu. Waktu menunjukkan pukul 4 waktu kami sampai dipuncak, itu artinya masih ada waktu satu jam untuk menunggu sunrise. Bagaimana kondisi dipuncak? Subhanallah, dinginnya dua kali lipat dari di parkiran. ndak ada tading aling aling istilah jawanya, langsung kena angin.. Jadi, dingiinya menusuk tulang. Saya ngantuk, benar-benar ngantuk, tracking setengah jam terakhir saja saya jalan sambil nyanyi-nyanyi ndak jelas biar tetap terjaga.

ngantuk? ya tidur
Karena dingin banget, kami harus berlindung dibalik batu-batu yang menjulang di sini, untuk menghalau angin. Saking ngatuknya, saya bisa tidur beberapa menit. Tapi kebangun juga saat udara semakin dingin, mulai gerak gerak ndak jelas. Ada yang nyalain api unggun, mendekat, pas udah asik disitu, si bule dateng sambil ngmomel ketamn bulenya "where is my place? u not save my place" oke sir... i know what u mean lah,, mlipir pelan pelan deh, balik lagi ke batu buat nyender.

Pukul 05.00 mas tur ngajak kami bangkit dan kuat, kami naik ke puncaknya batu ini buat melihat sunrise. Semakin teriak-teriak di atas, bukannya ngindari dingin, malah menuju yang dingin. Benar saja, ndak ada batu ndak ada apa, dddiinnggggiii banget.. ini baju yang dobel dobel tidak mampu menghalau dinginnya pagi itu. Tapi aaahhh, foto its a must

Kawah Ijen Banyuwangi
Rischa Inung, Puncak Ijen Banyuwangi, 30 Juli 2017, 05.00

Kawah Ijen Banyuwangi
Kawah Ijen 
Puas rasanya kalau sudah di atas, lupa capeknya, terbayar sudah semua usaha. Tadinya dingin, gelap, ndak bisa melihat apapun, begitu mulai terang. Benar juga cerita mas tur, yang tadinya di jalan capek, ngeluh, sakit sakita, bahkan ada yang sampai muntah, begitu sampai puncak, cciiaatt keluarkan tongsing, selfi sana selfie sini, haahahaha.. Gimana ndak gitu, ini pemdandangannya... Subhanalah....

Kawah Ijen Banyuwangi

Pukul 06.00 kami harus turun, perjalanan masih panjang. Udah turun, bukan nanjak lagi, kami sedikit lebih santai, tertawa bareng, cekikikan mengingat kekonyolan kami tadi saat tracking. Konyol lagi karena mas tur selalu ngingetin saat kami benar-benar kepayahan, dan setiap sudut tempat nyender kami jadi bahan guyonan mas tur.

Mas tur posisi ada di depan, dan kami udah ketawa-ketawa aja di jalan, senyum manis sekali. Lupa bagaimana tadi perjalanan menuju puncak. ya mas tur ini, yang ngingetin sambil ketawa-ketawa ndak jelas.








Troli inilah yang tadi di awal saya ceritakan. Awalnya troli ini digunakan untuk mengangkut belerang dari kawah, dan dijual. Namun, seiring berlalu berjalannya waktu, troli ini berubah fungsi menjadi ojek. Kisaran harga naik lebih mahal dari harga turun, ini sudah jelas. Kalau berdasar cerita mas tur, naik ojek troli, paling tidak menyiapkan budget 600an, mahal sekali bukan. Karena kalau naik, ada dua orang yang membawa ojek, sedangkan kalau turun, cukup satu. Harga disesuaikan dari titik mana kita naik. Karena sepanjang jalan pasti ada kita nemu ojek troli.

Bahkan ada yang nawarin, ayo mbak, naik ojek, naik gratis kok, tapi turunnya bayar.. hahahhaa, gokil.






Perjalanan turun, cukup 1,5 jam. Lama juga ya, kami sambil santai soalnya. Ngeles. Sampai parkiran, kami makan di sini, di waung yang tadi kami ngeteh sebelum tracking. Menunya? yang anget is the best. Indomi kuah andalannya. Langsung makan ya, kalau ndak, dingin deh itu kuahnya, jadi es indomi kalik.

Kami lelah, semua lelah, perjlanan dari sini ke hotel, kami semua tidur. Sampai hotel pukul setengah 9, kami siap siap mandi, packing, dan dijemput pukul 10.00. Selanjutnya? tidak afdol kan kalau traveling tanpa kaos, mampir toko oleh-oleh tentu saja. Osing Banyuwangi. Harga kaos? standart kok, 100an.

Perjalanan panjang di mulai lagi, sebelumnya, kami mampir makan lagi, di GWD. hahahaha, selamat makan,, lagi lagi di sini. Pukul 12, sudah makan, sudah sholat, perjalanan menuju Surabaya dimulai. Ngebut ngebutan di jalan, kejar waktu, kereta pukul 21.00. Akhirnya sampai kami di Pasar Turi pukul 20.00. berpisah kami dengan sandra dan mas tur. Selamat berjumpa kembali kawan...

Boaringpass pulang
Boarding pass sudah dapat, karena kami naik ekonomi, lokasi tunggunya semrawut gitu, antrian panjang, duduk lesehan ndak jelas, yah benar-benar ekonomi lah. Pukul 21.00 tepat Kertajaya membawa kami pulang ke Semarang, dan sampai jumpa di perjalanan berikutnya..

Semarang, 18 Agustus 2017

Senin, 13 Maret 2017

Mantai ke Lombok

Lommbbookkkkkk!!!!!! Finally lombok... Setelah berulang kali masuk dalam daftar keinginan ditiap tahun, akhirnya tahun 2017 bener-bener terealisasi. Rencana nabung udah dari 2015, dan selalu kebongkar buat alesan lain. Sampai akhirnya akhir tahun 2016 tau ada promo Semarang Lombok tiket pp 1,4 lebih dikit..., baru bener-bener nabung buat tiket dan budget traveling lainnya. Done. Hari Jumat sampai Minggu, tanggal 3 Maret sampai 5 Maret, tiket sudah ditangan.

Dari hari Selasa sebelum keberangkatan sampai hari Selasanya lagi setelah keberangkatan, agak sibuk traveling. Iya traveling,, hahaha. Selasa siang tanggal 28 Februari berangkat Jakarta, baru balik Kamis siang tanggal 2 Maret, trus tanggal 3 Maret berangkat Lombok, Minggu sore balik Semarang. Trus Selasanya tanggal 7 Maret berangkat Jakarta seharian. ddaann 7 Maret ini yang bener-bener bikin mabuk perjalanan, cuaca buruk, 45 menit muter-muter di atas Semarang, naik turun gludak gluduk... nggak lagi lagi please...

Okay, back to the story. Jumat 3 Maret pagi, saya sempet-sempetin ke kantor, buat laporan bos setelah acara dari Jakarta. Sebenernya sih lebih karena mau ngambil jahitan celana sama sendal yang lepas, hahaha.. Iyalah, masak gueh pake celana jeans di pantai, sama sendalan jepit doang dari Semarang... Big no llaahh, nah gara-gara nungguin sol sendal yang belum buka, akhirnya saya main-main dulu dilapangan, nugguin table tennis, tapi yang ditunggu nggak dateng-dateng ya balik kanan jam 9. Ehh,, pas buka deh itu sol sepatunya, langsung ambil pesenan, dan salah. What? mau marah juga enggak enak.. udah saya sih diem aja akhirnya. Langsung saya pulang ke kosan.

Sampai kos, masuk kamar mandi, trus bbm si alipeh (partner piknik sejati). Nanyain pesawat jam berapa, dia jawab jam 10.20 boarding jam 10.00.. dan itu udah jam setengah 10. Ya Allah,,,, salah baca gueh,, saya kira pesawatnya jam 11. Pontang panting nggak karuan, ngebut sana sini, udah kayak orang nggak waras. Untungnya udah check in online, sampai sana udah pas boarding. Selamat ya inung... hampir saja tiket kebuang percuma.

Perjalanan Semarang lombok kurang lebih 1 jam 30 menit, cuma karena masuknya wita akhirnya sampai sana sejam lebih cepet. Sampai lombok pukul 14.00 wita. Sempet nunggu sejaman di Surabaya kok buat pesawatnya isi bahan bakar. Begitu turun pesawat, langsung nyari tiket damri, tujuannya adalah ke pool damri di Mataram. Oya, sempet kenalan sama backpaker juga namnya Arga.. Sampai lupa ngenalin personil piknik kali ini siapa aja.. Udah pasti Alifah sama Iqbal (adiknya alifah). Tiket damri per orang murah kok, cukup Rp 25.000,00, yang lama ish justru nunggu bisnya jalan. Baru jalan jam 3an, dan menuju pool sekitar 30-45 menit. Pukul 15.30 baru kita sampai di pool damri Mataram, udah janjian sama persewaan motor ketemu disana. Biaya sewa per 3 hari Rp 175.000,00 dua motor jadi Rp 350.000,00.


Keramaian Kapal Fery
Loket Tiket Pelabuhan Bangsal
Perjalanan selanjutnya menuju bangsal, kalau dari gmap sekitar 30 km ya kurang lebih 1 jam baru sampai. Masih pikir-pikir keburu enggak ya, karena dari informasi penyebrangan fery terakhir pukul 17.00. Terdapat dua jalur ke bangsal, dipinggiran laut atau lewat Pusuk (Hutan Lindung) dan lebih cepet lewat pusuk begitu kata mbah gmap. Kita sih ambil fast track, karena takut enggak keburu. Parahnya lagi, ujan begitu kita sampail Lombok, naik motor ujan ujanan, berburu kapal, lagi lagi dikejar-kejar. Kecepatan motor dipacu di atas 80 km/jam secara terus menerus, Alhamdulillah sampai sana 16.38 langsung ke loket karcis. Tiket penyebrangan ke Gili Trawangan Rp 15.000,00 per orang.


Penyebrangan antara 30-45 menit, sampai di Gili Trawangan sekitar 17.30 an jalan kaki kita sekitar 10 menit, sampai ketemu di Why Not Bungalows. Setelah masukin tas ke kamar, cuci kaki, kita langsung ngacir keluar kamar buat nyari sunset di pantai pandawa. Gili Trawangan ini pulau yang cukup kecil, itulah kenapa disebut Gili, bagusnya disini, kita bisa melihat sunrise dan sunset pada pulau yang sama, cukup dengan bersepeda. Tinggal geser ke masing-masing sisi pulau. For ur information, kamar disini cukup murah, satu kamar buat 3 orang, ples ekstra bed tentunya, cukup dengan Rp 325.000,00, fasilitas lainnya ada kamar mandi dalam, shower air panas, kipas angin, dan AC. Nggak ada tv, tapi tergantikan kok dengan AC, lebih membantu AC sih untuk area sini.

Whynot Bungalows
Menuju ke sunrise view, kita menyewa sepeda melalui pemilik Bungalows ini, mr. Bule, kita lupa namanya, hahaha,, payah. Jadi pemilik Bungalows ini, istrinya orang Indonesia, suaminya Australi, dan menurut informasi dari mr. bule, kebanyakan yang nginep di bungalownya adalah turis luar. Sewa sepeda seharga Rp 75.000,00 per sepeda/24 jam. Langsung kita bertiga ngacir ke are Pandawa Sunset View. Kira-kira 15 - 20 menit bersepeda, dengan berbekal gmap dan petunjuk arah, sampailah kita di Pandawa. Pukul 18.00 wita, masih sore disini. Dari informasi ibu bungalo, dulunya disepanjang pantai ini banyak berdiri cafe-cafe mewah, namun kebijakan baru dari pemerintah, cafe-cafe itu sekarang sudah dibongkar, jadi lebih enak sih, kalau mau lihat pantai tinggal duduk di pasir, enggak kayak dulu yang harus masuk dulu ke are cafe. Jadi disepanjang pantai ini, di atas pasir banyak sisa bangunan semi permanen yang habis dibongkar.


Rischa Inung Fauziah


Pukul 19.00 wita, akhirnya kita balik ke bungalow, oh iya... kebanyakan yang menikmati sunrise disini justru turis luar, jarang banget ketemu turis indo disini, entah udah pada balik duluan apa gimana enggak ngerti juga. Sesampai di bungalow kita mandi, dan siap siap cari makan di luar. Menurut info dari om bule, ada night market di sepanjang sisi timur dari Gili Trawangan. Benar saja, banyak cafe-cafe pasir dipesisir pantai yang berjejeran, bukan berupa bangunan, namun hanya kursi dan meja kayu yang diletakkan di atas pasir pantai. Sementara bangunan kafenya ada disebrang jalan, bukan di area pantainya. Tapi kalau mau lurus terus sampai ngelewatin tempat penyebrangan fery, kita bakal nemu pasar yang bener-bener pasar. Disini kayak pasar malem, banyak penjual yang menyajikan berbagai macam makanan, dengan hasil laut kebanyakannya, tapi nggak cuma itu kok, makanan ringan, bakso, sampai jus juga dijual disini. 

Night Market
Harga makanan disini, entahlah, bu bendahara yang bayar, saya cuman duduk manis nungguin kursi, takut berebut kursi sama turis, hahaha. Saya pesen ayam bakar, jelas lah... karena saya nggak doyan yang namanya seafood dan ikan ikanan, but... ayam bakarnya cuman ayam dibakar, nggak dikasih bumbu... ya ammppuunn, suer, cuma tak icip dikit, trus nggak dimakan, untung pesen jus jambu, meskipun jambu bijinya, bijinya masih berupa bongkahan, nggak papa lepeh lepeh biji jambu daripada makan ayam bakar nggak berasa. Setelah duduk disana nungguin duo brother makan ikan bakar, kami naik sepeda lagi dan duduk di cafe-cafe pinggiran pantai, suasananya mmeenn,, yahud, andaikan nggak sama kalian berdua, hahaha.. Foto di atas waktu saya duduk di salah satu cafe pinggir pantai, sebelah kanan saya itu pantai, dan dibelakang masih banyak cafe cafe dipinggiran kayak gini, modal bayar kopi ala-ala cafe semarangan, duduk disini berjam-jam, hahaha.


Pukul 10an wita, akhirnya kita balik ke bungalow, tidur biar bisa bangun pagi, mau liat sunrise ceritanya. Pagi-pagi jam 6 kita udah siap keluar bungalow, masih gelap, bersepeda keluar gang dikit, udah kelihatan view lautnya. Kebetulan emang hotel kita ada disisi timur dari Gili Trawangan, jadi keluar gang sebentar sudah sampai pantai. Pagi ini matahari agak malu-malu kucing, jadinya cuma dapet dikit, oya, jam 6 masih belum ada orang dateng, baru sekitar 15an menit baru pada dateng itupun nggak banyak, jadi berasa pantai pribadi pagi itu. Rencana kita mau muteri pulau bersepeda dan melewatkan snorkeling karena estimasi waktu hanya butuh 2 jam. Tapi, baru seperempat jalan, jalan yang dilewatin udah bener-bener pasir, jadinya bisanya hanya didorong sepedanya, akhirnya kita nyerah dan balik kanan, ngejar fery pagi itu buat menikmati pantai di sisi Timur Pulau Lombok. Sampai di Bungalow kita siap untuk sarapan, harapannya sih nasi goreng, kenyataanya makanan bule, telor dadar sama roti bakar, hahaha.. apes deh nih perut


Sarapan Omelet dan Roti Bakar
See u bye bye mr. bule, see u next time











Jam sembilanan lebih dikit, kita udah sampai di loket penyebrangan, penuh banget, tapi apesnya, kita dapet nomer antrian 1-3, disini sistemnya setiap 40 tiket diberangkatkan, nah sampai sana kita enggak kebagian tiket yang ready berangkat, jadi nunggunya sejam lebih buat nunggu 37 orang lagi, hhaahh. Baru sekitar jam 10 an lebih, kita nyebrang ke Pelabuhan Bangsal di Lombok, udara udah panas, ambil motor dipenitipan, murah kok semalem per motor cukup Rp 10.000,00.














Perjalanan panjang dimulai sekarang, tujuan utama adalah ke Pantai Pesisir Timur Lombok. Berdasarkan gmap perjalanan sekitar 72 km, 2 jam mmaannn. Pegelnya enggak ketulungan, jauh banget, padahal pas di jalan by pass BIL (Bandara Internasional Lombok) kecepatan udah bener-bener di atas 80 km/jam, jalannya mmuulluusss banget. Karena pas kita berangkat lewat pusuk nggak mampir foto, akhirnya kita sempetin foto sama monkey, hahaha

Sampai di pantai kuta, bener-bener yang.. amazing, bagus banget... panas banget, tapi bagus banget.. Nggak cuma pantai Kuta yang bagus, geser kesebelah dikit, udah ada pantai Tanjung Aan, jalannya ekstrem yang pantai satu ini, geser lagi ada pink beach, sebelumnya ada pantai seger. Tapi kayaknya enggak memungkinkan, akhirnya kita ke pantai Kuta dan Pantai Tanjung Aan. Ademan pantai Tanjung Aan daripada Kuta, berasa pantai pribadi deh, suer... Tapi buat geser dari pantai satu ke yang lainnya ini yang jalannya ngeri, masih batu-batu gitu. Pas masuk ke pantai Kuta kita harus bayar parkir Rp 5.000,00 per motor, di Pantai Tanjung Aan juga sama.


Rischa Inung Fauziah
Pantai Kuta




Rischa Inung Fauziah


Pantai Tanjung Aan


Pantai Tanjung Aan
Jam 2, akhirnya kita memutuskan balik ke Mataram, dan mampir dulu ke Desa sade. Masuk sini sih sukarela, bayarnya diakhir, ada biaya guide sama sukarela buat warga, karena bingung yaudah bertiga bayar Rp 80.000,00 buat dua jenis pembiayaan tadi.



Kita diajak tour desa, dijelasin desain rumah yang terbuat dari kotoran sapi atau kerbau. Ngepelnya pakai kotoran sapi, dan kalau mau ada acara besar seperti acara 7 bulanan, dipel pakai kotoran kerbau, ini dianggap suci oleh suku Sasak. Model rumah disini semua sama, ada yang atas ada yang bawah, karena ini rumah adat, jadinya mau tetua adat atau warga biasa ya sama. Begitu masuk rumah agak pendek, jadi nunduk, filosofinya, kita sudah menghargai yang punya rumah, karena masuk kita sudah menundukkan kepala.


Rischa Inung Fauziah
Penjelasan selanjtunya adala soal kain tenun khas suku Sasak, sampe diajarin juga cara menenun, dan melihat hasil tenunan warga sini. Dan, bagi perempuan disini, kalau belum bisa menenun, belum boleh nikah. alamak..... ajarin dulu lah... Mata pencaharian suku Sasak adalah bertani, jadi kalau siang banyak yang ke sawah, dan yang ada disini adalah yang melayani wisatanya. Untuk informasi, harga jual kain tenun disini cukup mahal, tapi sebaiknya ditawar setengah lebih dari harga yang ditawarkan. Karena saya beli kemahalan, waktu ke pusat oleh-oleh kainnya bisa kebeli harga Rp 75.000,00 ribu loh.. hahaha, ya meskipun kualitas tenun dan kain beda-beda. Tapi kalau saya lebih suka beli dipusat oleh-oleh tanpa nawar, langsung bayar. Kalau pake acara nawar takut kebangetan nawar, dan takut kemahalan jugak, kan bener akhirnya kemahalan.

Setelah puas disini, kita harus balik ke Mataram, daerah Sengigini, karena penginapan kedua di sana. Perjalanan Sade Senggigi sekitar 18 km, masih jjaauuhhh. Lagi-lagi kena ujan, sore disini ujan terus ya.. Akhirnya pakai mantel sampai Senggigi, sampai hotel Puri Senggigi sekitar pukul 16.00 lebih. Hotel disini cukup mahal, Rp 375.000,00 tapi bener-bener hotel, artinya bukan losmen, ada tv, ac, shower, ya hotel banget lah. Badan udah bener-bener nggak karuan, akhirnya mandi terus tidur, sekitar jam 7 an kita keluar buat nyari makan. Padahal kan Senggigi bagusnya sunset, dan kita melewatkannya, hahaha.


Ayam Taliwang & Plecing Kangkung
Makanan khas Lombok ada macem-macem sate, dan ayam taliwang. Akhirnya kita nyari menu ayamtaliwang. Kita mampir di warung entah apa namanya lupa, dipinggiran jalan Senggigi kok. 


Ayam taliwang satu porsi Rp 65.000,00 ayam utuh, ayam muda, dipadu dengan plecing kangkung. Menurut saya sih murah, ya standart segitu lah, prosinya lumayan banyak, saya aja sampai enggak habis.

Rasanya indonesia banget,,si alifah aja suka, jarang-jarang orang ini suka makanan lokal, kalau saya sih suka ayamnya, empuk banget, iyalah ayam muda kok

Minumnya tetep es teh ya, dimanapun dan kapanpun, es tteehhhh



Setelah kenyang, kita mulai mikir berburu souvenir, oke jam 9 kurang, searching-searching kita nemu beberapa toko souvernir di sekitaran Senggigi, ada Lombok Excotic, Leggong Lombok, dan Sasaku (yang ini baru hari ketiganya kita kesana). Malam itu duo brother yang belanja, saya cuman liat, eh iya salah, saya beli sarung khas lombok kok di Lombok Excotic. Kalau soal harga dari ketiganya enggak banyak perbedaan kok.

Hari ketiga, Minggu 5 Maret 2017 molor sampe jempor, jam setengah 7 baru pada bangun, parah. Setelah mandi, kita sarapan, sarapan nasi kali ini, pake capcay, dan talor, sederhana kayak nama rumah makan. Kita niatnya ke pasar seni senggingi, sampai sana cuman bayar parkir doang, karena sama sekali belum buka. Di internet kita lihat buka jam 7, pdahal itu udah jam 9 belum ada tanda-tanda buka. akhirnya kita menuju Sasaku,minimal jelas jam bukany berapa kan. Sampai sini, duo brother menggila lagi, belanja sampe jempor, hahaha. Saya sih cuman beli kaos doang, hahaha

Dalam toko Sasaku
Jam 10.30, mereka berdua masih antri bayar, saya udah duduk dikursi merah entu,,, boros boros. Setelah selesai langsung ke hotel dan ke Poll Damri Mataram. Perjalanan hotel poll Damri cukup 30 menit, cepet. Udah mulai tau jalan soalnya, haha gaya dah.

Sampai Damri, kita ketemuan sama pemilik rental motor, balikin kunci, beli tiket masih sama harga Rp 25.000,00 per orang. Jam 12 kita meninggalkan Mataram menuju BIL. Perjalanan Mataram BIL kali ini cuma 30 menit, cepet amat siihhhh.. sampe bandara 12.30, check in belum boleh, pesawatnya kan jam 14.45.Baiklah mari kita makan dulu. Karena dari kemaren pengen nasgor belum kesampaian, akhirnya mampir solaria,, Then,, sholat dan boarding... I love this journey, love so much.

PS. Budget disana sampai oleh-oleh sekitar 1 jt, cari aja promo tiket pesawat, n enjoy the journey..
See u next journey...