Tiba-tiba banget ingin travelling.. Bukan tiba-tiba sih, hanya berusaha lari. Kok lari neng? Iya lari dari kenyataan bang... Target setaun sekali, karena bingung mau apa, sementara uang di rekening masih numpuk, ya sudah dikuras saja, kalau sekarang mah gue "kere", haha.
Target ke Banyuwangi memang sudah ada setelah dari Lombok bulan Maret lalu, cuman gak nyangka aja kalau akhirnya bulan Juli perginya. Setelah match matchin jadwal kereta, jadwal bis, dan jadwal kerjaan yang susah banget matchnya, tiba-tiba si Minakara ngasih link open trip, ah yasudahlah toh hanya selisih 200an dari budget backpaker yang sudah saya buat beberapa bulan lalu. Oke fine, daftar... DP dibayar 400,- dan pelunasan 390,- dilokasi. Noted, underline, bold, tanggal 29 30 Juli ngetrip ke Banyuwangi, saatnya berburu tiket kereta. Jumat malam pukul setengah 7, saya sudah ada di Poncol dulu, saatnya cetak cetak boarding pass,. Peserta kali ini yang jelas saya Rischa Inung Fauziah dan Alifah, ditambah satu lagi anak yang gabung, sebut saja Anin (entah nama sebenarnya atau bukan)
Kereta berangkat tepat pukul 19.40, perjalanan cukup singkat kurang lebih 4jam. Sampai sana, kami sudah janjian dijemput operator jalan yang akan membawa kita ke Banyuwangi, sebut saja mas Indra (nama sebenarnya). Ada sedikit kendala, misscommunication, dan selemestek kalau bahasa inggrisnya. Ada dua peserta yang harus kita tunggu sampai jam 2 lebih dan akhirnya gak jadi gabung, oke.. waktu 2jam terbuang percuma dan sia sia, jadilah kami berangkat berempat menuju BMX. Satu lagi peserta dari Jakarta ini bernama Sandra (ngakunya sih begitu, iyain aja), solo traveller perempuan yang emejing menurut saya. Sendirian lloohhh,, pantut ditiru.
Perjalanan yang lama justru dari Surabaya menuju Banyuwanginya, 7 jam,, untung mobil yang dipakai kapasitas besar, karena memang didesain buat 6 orang, syukur deh yang 2 cancel, longgar kan jadinya, hahaha.. Sampai Banyuwangi, tepatnya di daerah Watudodol, pukul 8 pagi, ndak pakai mandi, langsung ganti kostum buat snorkeling. Kita mampir makan juga disini, dan disini pula penyebrangan ke Bali. Loh, kok Bali? Iya,, kita mau bersnorkeling di Pulau Menjangan. Pulau Menjangan ini masuk ke kawasan konservasi Bali Barat.
Setelah satu jaman liat anemon, bintang laut, ikan, terumbu karang, teripang, timun laut, dan beranake keragaman hayati yang ndak pakai lelah di bawah laut, saatnya move to next spot. Spot kedua bisa dibilang ppaaannnaaasss banget, airnya bening, bening banget. Tapi airnya anget saking panasnya sengatan matahari. Jadi yang tadinya kita kedinginan dari spot pertama, ditambah kena angin selama perjalanan dari spot satu ke spot kedua, sampai spot kedua jadi anget aja badanya.. Nyemplung jugak semangat.
 |
Inung snorkeling di spot kedua |
Nah, yang di sebelah ada view di spot kedua. Lebih jernih kan? Iya emang begitu, airnya jernih, bening, dan anget. Jadi menurut info dari mas tur, harusnya kami ke sini dulu baru ke spot yang tadi pertama. Cuma, karena kita udah agak siang sampainya, dan kondisi angin yang semakin tinggi, kita harus ke spot yang tadi terlebih dahulu. Kalau endak, percuma kesana, ombak udah tinggi dan kita jadi ndak bisa snorkeling di sana.
Itu posisinya lebih dalem dari foto pertama, tapi tetep kelihatan jernih kan..
Udah mulai bosen, salah.. laper. naiklah saya ke atas perahu, mencari sesuap nasi. Makannya di sini biasa aja, namanya juga paket murah. Makan seadanya, yang penting kenyang, yang penting ada makanan masuk, kalau laper semua pasti enak.
Menunya biasa aja kan? Tapi dengan view yang begitu yakin deh jadi ruar biasah.. Habis makan jangan lupa selfie cekrek.
Setelah perut lumayan kenyang, saatnya ke pulau Menjangannya,, di pulaunya, bukan di laut-lautnya kayak tadi. Kenapa disebut pulau menjangan? Karena di pulau ini hidup menjangan liar (eh liar apa emang di ternak ya). Kami juga ketemu kok sama dua menjangan di sini. Mirip mirip rusa gitu deh. sayangnya ndak kefoto, karena setiap kali kami deketin, dianya kabur.. oke fine.. ndak ganggu kok.

Tet, kurang lebih jam setengah 2 waktu indonesia tengah.. padahal cuma nyebrang bentar, udah masuk indonesia tengah aja kan. Saatnya balik, sebelum kemaleman kitanya. Perjalanan balik dari sini, mostly kami tidur diperahu, ngantuk banget, capeknya bener-bener kerasa. Puas main, jadinya ngantuk. Tapi ini ndak bertahan lama. Setengah jam menjelang sandar di GWD, ombakya ttinngggiii banget. Asli, suer, sampai kita harus menyeimbangkan duduk kita, ngitung berapa orang yang di sisi kanan dan di sisi kiri. Saya dan Sandra ada di depan, udah paling basah duluan, yang tadinya kering, ngantuk-ngantuk kepanasan, jadi kedinginan. Miring nganan, miring ngiri, takut, teriak-teriak, panik.. dan saat kami penumpangnya begitu, mas tur sama 2 yang pegang kemudi, santai aja begitu, ketawa-ketawa. Hash, nyebelin. panikan dikit napa.
Sampai GWD setengah 3an, WIB loh ya.. sudah masuk WIB. Kami lagi apes, airnya di GWD mati, ada pemadaman. akhirnya kami cuma ganti baju kering, terus nyari pom bensin terdekat. Sayangnya sampai pom bensin juga sama, karena pom bensin ini sudah diserbu satu bis rombonga dari GWD juga. Akhirnya saya ndak mandi loh... Niatnya mandi di Baluran, tapi ah syudahlah...
Perjalanan dari GWD sampai Baluran cukup lama ple mines satu jam. Dari masuk pintu gerbang Baluran ke padang savana, lebih lama lagi,, satu jaman jugak, tapi jalannya yang cuma batu terjal, buat perjalanan lllaaammma banget. Dari masuk ini kita sudah disuguhi hutan, kanan kiri pohon dan banyak bintang. Kalau malam, ada harimau liar yang keluar, serem ah.
 |
Merak Baluran |
Sampai di Baluran, waktunya foto.. padang savana ini lluuaaasss sekali. Di sini kita bisa menlihat ada sekumpulan sapi liar, rusa, apa lagi ya.. banyak deh pokoknya. dan ada pohon raisa, yang kataynya Raisa take di sini buat video klipnya.
 |
Inung dan Raisa |
 |
Sapi (Sapi baluran di sekitar sumur, sumber mata air buat mereka) |
 |
Rusa Baluran |
Sekumpulan rusa di belakang sapi. Rusa di sini ada yang punya ciri khas. Rusa jantan ada yang pakai mahkota, semacam rumput-rumput kering yang disusun di atas kepala rusa. Hal ini menandakan si rusa jantan siap untuk kawin, dan menggunakan mahkota ini sebagai upaya untuk menarik lawan jenisnya.
 |
Dari kanan ke kiri
(sandra, inung, alifah, anin) |
Puas foto-foto di Baluran, pukul 5, saatnya balik. Sebelum beneran ketemu rusa. Lagi-lagi kami tidur, apa cuma saya sama alifah ya.. capek banget soalnya. Perjalanan keluar savana satu jam, dari pintu masuk sampai GWD satu jam, dari GWD ke penginapan satu jam. Wait, GWD lagi? iya, makannya di sana (again). Agak apes malam ini, perasaan dari awal loh.. menunya lele. ah baiklah, saya pesan saja indomi rebus. Indomi rebus dipinggir pantai, pada ngiri kan yang lain, pesen menu yang sama juga. Asiknya di sini, kita ndak kena pemahalan, harganya asli, cuma 5.000,- per porsi. Aqua sebotol juga cuma 3.000,-.
Sampai di hotel, saya mandi. Istirahat. Hotelnya biasa, tapi cukup nyaman lah buat numpang tidur 3 jam. Lagian sayang kalau di hotel mahal, cuma buat mandi, sama tidur 3 jaman doang. Karena jam 11 kita udah dibangunin buat persiapan tracking. hooh, perjlanan panjang berat ke barat di mulai malam ini. Tepat pukul 11, mas tur membangunkan kami. Persiapan, dan jam 12 kami mulai berangkat dari hotel. Forget it, kami menginap di hotel Brawijaya. Bukan Surabaya loh ya.. bukan. Lagi-lagi satu jam. Satu jam untuk sampai lokasi. Begitu sampai parkiran, turun dari moobil, alamak... aaakkk ini ndak ada yang lebih dingin dari ini? sssuueeerrr dingin banget. Ada sih, di dieng, hampir mirip dinginnya.
Pukul 01.00 tanggal 30 Juli 2017, kedinginan di lereng kawah ijen. Ngeteh dulu bang, adek ndak kuat dingin.. dinginnya menusuk nusuk hati. Ini padahal saya pakai baju dobel loh,, hahaha.. ndak kuat kalau nggak gitu. Kaos dobel, celana dobel.. biar anget..
Mimik teh anget sambil berdiri dekat tungku, is the best choice... tehnya juga murah kok, 3.000,- kalau ndak salah, apa 5.000,- ya..
Setengah 2, kami mendekat ke pintu masuk jalur pendakian. Tapi... kami belum boleh masuk, yang boleh masuk hanya troli. Pendakian mulai dibuka pukul 02.00 dini hari. Hal ini untuk menghindari terlalu lama di dekat belerang. bahaya... Kami berdiri tepat di depan pintu masuk. biar kalau dibuka langsung bisa nyerobot.
Tepat pukul 02.00 kami boleh masuk, ngacir... masih semngat semngatnya loh.. tapi 15 menit jalan, mulai kerasa ngos ngosan.. jalannya ampun, ndak ada yang ndak naik. Kemiringan hampir 45 derajat. Gimana nggak ngos ngosan. Mas tur cuma ngingetin, kalau capek, mending istirahat, masih keburu kok lihat blue fire, dari pada di atas kelamaan malah kedinginan nunggu sunrise. Awalnya kita berencana jalan bareng ber 6, ber enam, 4 kami, 2 lagi yang satu mas tur sama ponakannya yang masih SMP. Masih smp, tapi jago banget tracking beginian. Kami jadi terpecah 3 kelompok, Anin dan ponakan mas tur depan sendiri, saya dan Sandra di tengah, dan Alifah sama mas tur paling belakang. Hahahah, nggak tega asli liat muka alifah, tiap 5 menit berhenti, minum, ngos ngosan, meracau ndak jelas. Hampir setiap ada kayu yang panjang, bisa buat duduk, mampir duduk, ada batu yang kokoh, nyender. Hahahaha, yang kami butuhkan cuma nyender dan nyender.
Gelap, tapi ndak jadi gelap, dan nggak mungkin tersesat, jalur tracking cuma 1, penuh, ramai, hampir semua orang bawa senter, jadi aman, meskipun terpecah jadi 3 kelompok. Foto? No documentaion. Selain karena gelap, ndak bakal keliatan apa-apa, kami juga ndak konsen foto, konsennya kapan sampai. Setelah tracking 1,5 jam, kami menemukan warung di tempat hampir seperempat jalan. Dari sana. kemiringan sudah 60 derajat, kanan langsung kiri, benar-benar tertinggi kemiringannya. Tapi ini ndak lama, 10 meteran dengan kondisi jalan yang seperti ini, jalan selanjutnya datar. Syukurlah, ini tandanya kami hampir sampai. benar saja, setengah jam setelah itu kami sampai di puncak. Syukur alhamdulillah... "Blue Fire".
Blue firenya mana inung? Jangan tanya deh, kami lihatnya cukup dari puncak, sepertinya kami bakal kuwalahan kalau harus turun sampai kawah. Cukup, cukup. Jadi no pict ya... percuma, hanya keliahatan seperti setitik lampu. Waktu menunjukkan pukul 4 waktu kami sampai dipuncak, itu artinya masih ada waktu satu jam untuk menunggu sunrise. Bagaimana kondisi dipuncak? Subhanallah, dinginnya dua kali lipat dari di parkiran. ndak ada tading aling aling istilah jawanya, langsung kena angin.. Jadi, dingiinya menusuk tulang. Saya ngantuk, benar-benar ngantuk, tracking setengah jam terakhir saja saya jalan sambil nyanyi-nyanyi ndak jelas biar tetap terjaga.
 |
ngantuk? ya tidur |
Karena dingin banget, kami harus berlindung dibalik batu-batu yang menjulang di sini, untuk menghalau angin. Saking ngatuknya, saya bisa tidur beberapa menit. Tapi kebangun juga saat udara semakin dingin, mulai gerak gerak ndak jelas. Ada yang nyalain api unggun, mendekat, pas udah asik disitu, si bule dateng sambil ngmomel ketamn bulenya "where is my place? u not save my place" oke sir... i know what u mean lah,, mlipir pelan pelan deh, balik lagi ke batu buat nyender.
Pukul 05.00 mas tur ngajak kami bangkit dan kuat, kami naik ke puncaknya batu ini buat melihat sunrise. Semakin teriak-teriak di atas, bukannya ngindari dingin, malah menuju yang dingin. Benar saja, ndak ada batu ndak ada apa, dddiinnggggiii banget.. ini baju yang dobel dobel tidak mampu menghalau dinginnya pagi itu. Tapi aaahhh, foto its a must
 |
Rischa Inung, Puncak Ijen Banyuwangi, 30 Juli 2017, 05.00 |
 |
Kawah Ijen |
Puas rasanya kalau sudah di atas, lupa capeknya, terbayar sudah semua usaha. Tadinya dingin, gelap, ndak bisa melihat apapun, begitu mulai terang. Benar juga cerita mas tur, yang tadinya di jalan capek, ngeluh, sakit sakita, bahkan ada yang sampai muntah, begitu sampai puncak, cciiaatt keluarkan tongsing, selfi sana selfie sini, haahahaha.. Gimana ndak gitu, ini pemdandangannya... Subhanalah....
Pukul 06.00 kami harus turun, perjalanan masih panjang. Udah turun, bukan nanjak lagi, kami sedikit lebih santai, tertawa bareng, cekikikan mengingat kekonyolan kami tadi saat tracking. Konyol lagi karena mas tur selalu ngingetin saat kami benar-benar kepayahan, dan setiap sudut tempat nyender kami jadi bahan guyonan mas tur.
Mas tur posisi ada di depan, dan kami udah ketawa-ketawa aja di jalan, senyum manis sekali. Lupa bagaimana tadi perjalanan menuju puncak. ya mas tur ini, yang ngingetin sambil ketawa-ketawa ndak jelas.
Troli inilah yang tadi di awal saya ceritakan. Awalnya troli ini digunakan untuk mengangkut belerang dari kawah, dan dijual. Namun, seiring berlalu berjalannya waktu, troli ini berubah fungsi menjadi ojek. Kisaran harga naik lebih mahal dari harga turun, ini sudah jelas. Kalau berdasar cerita mas tur, naik ojek troli, paling tidak menyiapkan budget 600an, mahal sekali bukan. Karena kalau naik, ada dua orang yang membawa ojek, sedangkan kalau turun, cukup satu. Harga disesuaikan dari titik mana kita naik. Karena sepanjang jalan pasti ada kita nemu ojek troli.
Bahkan ada yang nawarin, ayo mbak, naik ojek, naik gratis kok, tapi turunnya bayar.. hahahhaa, gokil.
Perjalanan turun, cukup 1,5 jam. Lama juga ya, kami sambil santai soalnya. Ngeles. Sampai parkiran, kami makan di sini, di waung yang tadi kami ngeteh sebelum tracking. Menunya? yang anget is the best. Indomi kuah andalannya. Langsung makan ya, kalau ndak, dingin deh itu kuahnya, jadi es indomi kalik.
Kami lelah, semua lelah, perjlanan dari sini ke hotel, kami semua tidur. Sampai hotel pukul setengah 9, kami siap siap mandi, packing, dan dijemput pukul 10.00. Selanjutnya? tidak afdol kan kalau traveling tanpa kaos, mampir toko oleh-oleh tentu saja. Osing Banyuwangi. Harga kaos? standart kok, 100an.
Perjalanan panjang di mulai lagi, sebelumnya, kami mampir makan lagi, di GWD. hahahaha, selamat makan,, lagi lagi di sini. Pukul 12, sudah makan, sudah sholat, perjalanan menuju Surabaya dimulai. Ngebut ngebutan di jalan, kejar waktu, kereta pukul 21.00. Akhirnya sampai kami di Pasar Turi pukul 20.00. berpisah kami dengan sandra dan mas tur. Selamat berjumpa kembali kawan...
 |
Boaringpass pulang |
Boarding pass sudah dapat, karena kami naik ekonomi, lokasi tunggunya semrawut gitu, antrian panjang, duduk lesehan ndak jelas, yah benar-benar ekonomi lah. Pukul 21.00 tepat Kertajaya membawa kami pulang ke Semarang, dan sampai jumpa di perjalanan berikutnya..
Semarang, 18 Agustus 2017