Senin, 09 Mei 2016

Eksplore Laut Eksplore Gunung


Kendal, sebuah kota yang berbatasan langsung pada bagian barat dari Kota Semarang. Tidak perlu memakan waktu yang lama untuk sampai di kota yang terkenal dengan slogan kota santri ini. Perjalanan hanya memakan waktu satu jam dengan menggunakan kendaraan pribadi. Pagi itu hari Minggu tanggal 1 Mei 2016, kami memulai eksplore daerah pinggiran pantai di Kendal. Pantai Cahaya, bagi beberapa orang nama ini sudah tidak asing lagi, bahkan sering kali kita melihat stiker di belakang mobil dengan aksen lumba-lumbanya. Tujuan wisata yang mengasyikkan bukan?

Perjalanan dimulai pada pukul 9 pagi, dengan berbekal dengan gmap karena kami berdua memang tidak paham betul jalan menuju ke sana, sampailah kami di Pantai Cahaya kurang lebih pukul 10. Tentunya dengan diawali dengan memutar balik jalan karena gmap selalu menunjukkan fast track dengan jalan yang mustahil diakses kendaraan roda dua sekalipun. Sampai di Pantai cahaya kami dihadang oleh petugas loket dan membayar Rp 30.000,00 untuk tiket masuk 2 orang, dan Rp 5.000,00 untuk parkir, terjangkau. Kami sempat menyusuri daerah bibir pantai yang terik kala itu, namun karena matahari hampir mencapai puncaknya, akhirnya kami memutuskan hanya duduk ngadem di bawah pohon (padahal sudah jauh-jauh dari Semarang). Rencana awal yang mau nyemplung di kolamnya pun akhirnya batal kami lakukan, kami hanya berkeliling di arena kebun binatang mini yang gratis, melihat kandang-kandang burung, angsa, dan berbagai jenis ayam.

Tepat pukul 11, kami memsauki arena pentas lumba-lumba. Dengan bermodalkan Rp 35.000,00 per person kami bisa menikmati atraksi mamalia laut ini. Sudah bisa ditebak, hanya kami berdua gadis kurang kerjaan yang menonton atraksi lumba-lumba di tengah puluhan para anak TK dan balita yang menonton bersama dengan orang tuanya. Tapi ya,,, cuek aja,, bayar ini, haha begitu prinsip kami. Kalau dihitung-hitung atraksi tidak sampai satu jam, karena yang lama adalah menunggu para antrian anak TK ini masuk ke arena, tapi ya.. not bad lah, smart mamals after human. 

Lumba-Lumba
Ada 4 lumba-lumba yang atraksi pada waktu itu, jumpalitan di air seperti di atas, seru.Tepat pukul 12 atraksi selesai, jujur sebenarnya ingin berfoto sama lumba-lumba dengan membayar Rp 35.000,00 tapi malas antrinya, belum lagi adik-adik TK ini pada nangis saat moment foto, semakin menambah waktu antrian bukan?

Udara yang semakin panas di pinggiran pantai, membuat kami ingin segera meninggalkan kawasan ini dan ngadem di mobil. Baru pukul 12, sangat aneh jika kami kembali ke Semarang siang-siang, padahal sering sekali kami muter-muter tanpa arah sampai malam hari. Akhirnya dengan berbekal search engine tercanggih di abad doraemon, kami memutuskan untuk menuju perkebunan teh, ngadem di gunung maksud kami. 

Tujuan selanjutnya adalah kawasan kebun teh pagilaran di Kabupaten Batang, tepat di Kota sebelah Kendal. Berdasarkan gmap perjalanan dari pantai cahaya kurang lebih 1 jam 20 menit, tanpa pikir panjang kami langsung menuju ke lokasi. Mampir dulu sholat di area pom bensin batang, kami terus melaju menuju lokasi, ditengah sinyal gmpa yang semakin meredup. Sampai daerah Limpung kami terus mengikuti arah tunjukan dari gmap ini, jalanan lancar, mulus, namun berhati-hati karena agak sempit untuk papasan dengan mobil, tapi so far so good. Namun sangat disayangkan akses menuju lokasi dari daerah jalan pantura kurang ada petunjuk jalan menuju lokasi sehingga kalau sinyal mulai hilang kami mulai kelabakan membaca arah.

Setelah berjalan cukup lama, sampailah kami di pertigaan dimana gmap mengarahkan belok kiri, agak kecil jalannya, namun karena di kanan jalan pun ada papan petunjuk yang mengarahkan kalau pagilaran belok kiri, kami pun mengikutinya. Semakin lama jalanan semakin naik dan naik, masuk perkampungan, semakin masuk, semakin menyempit jalannya, semakin rusak jalannya, ya... fast track, terjebak lah kami, hanya satu doa kami, jangan ada papasan mobil dari depan. Kalau hal itu terjadi, bakal maju kena mundur kena. Setelah setengah jam dag dig dug, kami keluar juga dari fast track dan memasuki area perkebunan teh.. segarnya bukan main, nyes sekali.. matikan ac, buka jendela, matikan mobil tidur,,, ###eehhhh

Kanan kiri yang terlihat adalah hamparan hijau yang luas. Sebagai penggemar fanatik warna hijau, mata ini bagaikan bermandikan cahaya menyegarkan. Jalanan naik turun, mulus, berkelok dan view yang amazing. Sungguh luar biasa ciptaan Sang Pengatur Lauh Mahfuz ini. Pukul setengah 2 kurang lebihnya, sampailah kami di area parkir pagilaran, tapi tunggu dulu... mendung yang menggantung dari tadi akhirnya jatuh juga rintikannya. Kami cuma duduk berdiam dimobil sambil menunggu ada tukang bakso lewat, mimpi! Ditengah rintik-rintik hujan yang semakin deras, kami memutuskan untuk keluar dan mencari makanan sebagai pengganjal perut. Apalagi yang bisa menggantikan mie rebus panas dengan teh anget, cuma kurang gorengan aja, tapi ya,, tetap saja habis. Alhamdulillah tepat pukul 2, mulai cerah kembali, setelah membayar mie yang cukup terjangkau ini, kami langsung berlarian ke arah perkebunan ceprat cepret.




Ada permainan flyfox sebenarnya, namun karena habis hujan, sepertinya permainan ini dihentikan, cukup berbahaya sepertinya. Kami menuruni anakan sungai, menyebrangi dan naik ke area perbukitan yang tumbuh subur ditanami teh. Namun sayang, hanya sekitar 15 menit kami berada di area ini karena tiba-tiba langit mulai gelap kembali memaksa kami harus turun dari bukit ini. Hanya beberapa jepretan kamera smart phone yang dapat kami ambil dari area ini.




Kupel
Waktu yang singkat membawa kami harus segera pulang karena takut jikalau hujan semakin tambah deras. Berdasar pengalaman sebelumnya, kami memutar jalan lain agar tidak masuk jalanan yang melewati perkampungan penduduk seperti saat berangkat tadi. Tapi jujur, terasa lama sekali untuk keluar dari area perkebunan, yang ada kanan kiri hanya perkebunan teh dan hutan-hutan. Pemandangan seperti ini kami lalui setengah jam lebih, hampir 45 menit rasanya, ditambah lagi sinyal hilang semenjak kami sampai di area pagilaran. Mau tanya kanan kiri, adanya cuma pohon, nekat saja yang penting lurus. Akhirnya kami keluar daerah hutan dan melihat papan petujuk arah. Disinlah drama dimulai, antara ke Limpung atau Batang. Seingat saya, arah Limpung adalah yang dilalui awal, tapi kok ada Batang, akhirnya teman saya memutuskan ambil arah Batang, ddaaannn... semakin lama semakin aju dan jauh.. Benar saja, pukul 4 kami sampai di Laun-alun Batang, ini sih nyasar parah, wong itu sebelahnya udah Pekalongan.

Sudah terlanjur basah, akhrnya kami sholat di Masjid Kota Batang, setelah itu kami kembali melanjutkan perjalanan ke Semarang. Bukan lagi sebelah Semarang tapi benar-benar luar kota. dan baru sekitar Maghrib kami sampai lagi di Semarang. Dan inilah wajah lelah teman sebelah saya.



Semarang, 9 Mei 2016