Bunaken

Hari itu, tepatnya tanggal 6 Desember 2016, saya masih duduk asik di hotel Mg Suites mainan laptop sambil mainan angka di excel, ya gitu deh kerjaan sehari-hari. Its all about billion, excel, and budget plan. Beberapa temen masih pada di kantor, tetiba mbak depe wa, bilang besok saya DL di Jakarta. Kirain sih acara pembahansan target pendapatan sama dikti, taunya sosialisasi standar biaya di kemekeu. Oke,, langsung balik lagi mainan excel. 

Bos dedy, ex bos saya waktu diperencanaan nyamperin saya (kebetulan lewat sih sebernya, dianya mau ke toilet, haha). 

Boss : "Nung, ditanyain pak WR2 besok siapa yang berangkat ke Manado, acara pembahasan, Kemis besok loh"

Saya : "Loh, bos acara apa, nggak ada email masuk kok di ppa" (alamat email resmin bagian perencanaan) 

Boos : "Coba tanya Niken (sekretaris pak WR2), saya taunya dari hari Minggu pas sama bapake di Lombok"

Panik, nggak karuan, sementara excel masih saya alusin, target belum kelar, langsung telpon mbak depe, suruh tanya ke Mb Niken undangan Pembahasan. 15 menit kemudian mb Depe bilang 

"Iya nung ada pembahasan di manado, tak koordinasi sama Kabag dulu siapa aja yang berangkat, Proposale gimana udah belum? Kamu nggak balik ke kantor aja, print di sini?"

Setelah makan siang, mau nggak mau saya balik kantor, ngalusin excel, ngecek-ngecek proposal word, benerin ini itu, baru kelar sekitar jam 5 sore, mulai ngeprint-ngeprint, dan selesai pukul 19.00, iyalah.. 300an lembar lebih data yang mesti disiapin buat diprint. Cus pulang, masukin fotokopian ambil jam 10. Packing. Berhubung hari Rabunya ada acara fgd di DJA Kemenkeu, kalau dipikir-pikir pulang sorenya, trus Kamis pagi mesti balik lagi ke Bandara, sementara Semarang Manado bisanya transit Jakarta, berasa kayak orang kelebihan energi kan ya kalau mesti pulang Semarang dulu, akhirnya diputuskan dari Jakarta langsung bablas Manado.

Lagi-lagi pesawat pagi, penyakit susah bangun pagi juga nggak ilang-ilang, alrm segala macem udah distel. Karena udah minta dicheck in online dulu, sampai sana jam 5 lebih nggak papa dong ya. Berangkat jam setngah 5an pake taksi dari kos, diiringi hujan gerimis, duh syahdu.... Ransel item udah overload, ditambah tentengan proposal 2 segede gitu. Pesawat berangkat pukul 6 pagi, masih dengan kondisi cuaca gerimis enggak karuan. Suer, kali ini juga cuaca nggak mendukung, iya sih kalau kata BMKG sampai akhir Desember kondisi cuaca emang nggak menentu. Setelah take off, pesawat berkali-kali naik drastis, dan turun drastis gitu aja. Bikin semua istighfar, jantung deg-degan. Tapi alhamdulillah jam 7 GA ini mendarat dengan baik di Soetta.

Perjalanan di lanjutkan ke Kemenkeu pake taksi bandara burung biru, bapaknya taksi malah pake gps, kan bikin deg deg an, padahal udah jelas, alamat Jakpus, Jl. Dr. Wahidin, Kemenkeu, deket Monas, deket Gambir, lewat Tol Ancol, Gedung Sutikno Slamet, komplit banget nyebutinnya. Pukul 08.45 baru masuk ruang rapat DJA, ternyata belum mulai, baru mulai beberapa menit setelah itu. Diskusinya cukup seru, ngupas tuntas (belum tuntas kalau saya mah, cuma luaran dari standar biaya doang belum smp akarnya). Acara ditutup pukul 12 lebih, eh dapet sertifikat, flashdisk, sama tas kecil warna ijo,,yyyeeeaaaaa iiijjjooooo. Love it. Kebetulan yang diundang diacara ini jan juga orang perencanaan dari setiap perguruan tinggi, ini sesi terakhir karena setiap angkatandibagi maksimal 20 orang peserta. Udah tanya sama beberapa perguruan tinggi lain diundang juga enggak buat acara besok sama Dikti di Manado, ternyata dari rombongan angkatan ini nggak ada yang masuk acara besok. Karena acara besok baru Regional I, jadi peserta kebanyakan dari Indonesia Timur semua, mostly sih,, tapi ada beberapa juga dari daerah jawa tengah dan jogya yang diundang Manado.

Oke, setelah acara, kita nggak langsung balik ke soetta, pesawat ke manado 17.50, masak iya mau ngider dulu di soetta selama itu, akhirnya mampir dulu ke PK BLU buat nanyain tarif, ini yang gedung di seberang jalan Kemenkeu, yang udah beberapa kali kesana itu loh,,, tapi malah nyasarnya ke gedeung yang sekarang jadi tempat sosialisasi BLC. Setelah ngbrol sebentar, kita langsung ke Soetta pukul 14.00, kali ini enggak pakai Damri, bawaan berat soalnya. Lumayan lah, ada kali dua setengah jaman di Soetta.

Soetta Sore hari

Pesawat take off Manado sekitar pukul 18.30, biasa pasti crowded dan pada ngantri take off landing kalau penerbangan sore kan. Perjalanan sebenernya cukup 3 jam 40 menit, tapi berhubung kita masuk WITA, akhirnya sampai sana pukul 11.30 malem. llaammmaa kali. Selama perjalanan sih saya tidur, capek, ngantuk, nggak kuat, nggak cocok sama makanan di pesawat, mana kondisi cuaca buruk. Sampai di Manado, bener-bener kerasa jetlag, pusing, mual, mana obat vertigo ketinggalan, yang ada cuma bisa mringis sakit di kamar hotel.

Pagi harinya, Kamis, badan udah mendingan, sarapan pagi dan trus sedikit muter-muter di depan hotel. At least, jalan kaki ya.. hahaha, iyalah, secara saya kan lebih suka ngebolang darpipada duduk santai di taksi, cuman temen saya yang anggak protes, karena dari beberapa pergi DL, baru kali ini dia ikut keluar jalan-jalan bareng saya, rasain dah saya ajak jalan kaki, wkwkwk. Depan hotel view langsung laut dan gunung Manado 2, keren.. jadi kita jalan kaki nggak pakai lama, cuma 15 menit, buat nyari spot foto di area Boulevard. 

Taman Sari Lagoon di Bangunan Belakang

 Di area Boleuvard ini cukup banyak spot foto, kebetulan foto ini di ambil di belakang Mantos "Manado Town Square" dengan pemandangan belakang Apartemen tamansari Lagoon yang mirip bangunan Burj Al Arab dubai, dan di depan laut ada Gunung Manado 2 dengan sebelahnya pulau Bunaken,, yyaaappp... negeces.

Sebenernya seharian ini cukup waktu buat ke Bunaken, karena acara dari Dikti mundur terus dari jam 2, diundur jam 4, diundur lagi jam 7, iya.. karena kondisi cuaca buruk, akhirnya banyak peserta yang penerbangannya delay di Makassar, untung si bos Dedy yang nyusul kita lewat jakarta, jadi kondisi cuaca buruk masih tetap bisa jalan. Tapi jangan salah sangka, komunikasi sama bos, nyiapin data ini itu cukup memakan waktu sampai pukul 12 siang baru fix dan deal buat pembahasan yang awalnya jam 2. Jam 7 malam wita, acara dimulai, penjelasan dari kabag perencanaan Dikti, dilanjut teknis penyusunan, dan langsung mengerjakan. Karena data mentah kita udah fix, akhirnya kita tinggal masukin data ke aplikasi dan selesai pukul 9 malam.

Pagi hari, Jumat, tanggal 9 Desember, jam 7 tet kita udah siap di Breakfast point, makan sebentar pukul 07.30 sudah standby di ruang metting demi mendapat antrian awal, padahal acara baru dimulai pukul 9 pagi, hahaha... demi bisa refresh ini. Benar saja, pukul 9 dimulai, Unnes dapat antrian ke dua, dengan pembahas mas yang satu itu, ini sih pucuk dicinta ulam pun tiba, wkwkwk... Udah tau aja ini yg berangkat eike, jadi masnya yang diplot bahas unnes. Tak apa, masnya suka gorgi kalau dibencandain sama eike, sekalian nylimurke, wkwkwk. Seru, sama bos keuangan, jadi pembahasan mencair karena si boss ini pinter banget dalam hal komunikasi, cukup 1 jam, pembahasan selesai, yes... waktunya nyebur.

Setelah Jumatan, kita berangkat, aslinya ber3, tapi si boss mendadak pusing kurang tidur katanya, yasudah berdua tak apa, mumpung di sini, belum tentu juga bisa kesini lagi kan. Setengah 2, kita naik angkot ke arah pasar 45 jurusan malalayang (kan saya sudah bilang di awal, kalau sama saya harus siap ngebolang, no taksi ya...), murah cukup 8 ribu 2 orang, perjalanan ke pelabuhan cukup 15 menit dari hotel. Setelah itu jalan lagi ke pelabuhan penyebrangan sekitar 10 menit, ketemu sama pemuda asli manado yang kerja di kapal, jadi kita sekalian jalan bareng, duh lupa namanya,,, asli orangnya baik, bisa diajak ngbrol, jadi selama jalan kaki itu kita ngbrol banyak. Sampai di dermaga, nggak ada penyebrangan, modelnya kita sewa satu kapal. harga sewa resmi 1.100.000 per kapal. are u sure? Cuma berdua bayar segitu, jadi mikir... Mikir-mikir 10 menitan, kita akhirnya beneran sewa kapal, nego dikit jos dapat harga 850, oke bayar.

Perjalanan ke pulau Bunaken cukup dengan waktu 45 menit, aslinya,,, berhubung ni kapal motor ngadat 3 kali, jadi 1 jam baru sampai, iya... Perjalanan dengan air cukup tenangm namanya juga selat, siang hari pula, dan bbeeennniinnggg banget airnya, sayangnya abis ujan waktu itu, jadi banyak sampah dari manado lari ke pulau Bunaken kebawa arus.

Rischa Inung Fauziah

Pukul 4 kurang kita sampai bunaken, langsung ke sewa alat snorkeling dengan bajunya, sewa alat dan baju perorang 150.000, dan bawa roti 50 ribu, dan perlu dicatat, disini wajib pakai guide, ini nih yang agaknya kurang setuju... Seikhlasnya katanya, cuma saya udah seacrh sebelumnya, harga guide kisaran 150 ribu. Catet lagi, nggak lihat ada pelampung, blaish.... siap siap deh eluh...

Slurup

Snorkeling Ala Inung

Cuma setngah jaman kita snorkeling.. lautnya? bbagguusss.... cuman bisa dibilang terumbu karangnya udah tinggal dikit ya, dan karena cuma satu spot snorkeling, jadi nggak bisa mbandingin dan ngelihat ikan jenis lain dan terumbu karang lainnya, sore banget soalnya, kalau balik maghrib dari sini, ombak udah tinggi. Stengah 5 lebih kita bilas, bilas bayar 15 ribu ya per orang, itu aja udah pada tutup semua, tinggal satu aja yang buka, toko souvenir apalagi, tinggal satu, itupun dipanggil buat balik baru buka lapaknya lagi. 

Sunset Bunaken

Inung Kucel

Jam 5 dari Bunaken balik ke manado, benar saja, semakin malam ombak semakin tinggi, baru setelah pukul setengah 7 kita sampai di dermaga penyebrangan manado. Naik angkot? no..... mari cari taksi, selain udah capek secapek-capeknya, itu jalan depan hotel kan searah, susah naik angkotnya muternya mana juga nggak tau, lagian cukup 20 ribu an aja kok sampai hotel. Sebenernya dari dermaga kita ngelewatin jembatan Sukarno yang terkenal, dan bagus banget di malam hari, karena difoto goyang-goyang terus jadinya no pict deh.

Malam terakhir, muter lagi nyari toko souvenir, ada sih diarahin dari hotel, cuma.. eemmm sepi, mahal juga sih, mungkin dulu pernah gede ni toko oleh-oleh tapi sekarang udah sepi, gitu kali ya.. karena banyak banget loss yang kosong. Karena udah capek banget, malamnya saya tidur jam 10, dan bagun harus pagi-pagi banget karena harus balik Semarang

Pukul setengah 9, hari Sabtu 10 desember, cek out dari hotel. Naik taksi ke samratulangi internasional airport. kali ini lewat ring road, dan bapaknya taksi baik, jadi kita di mampirin ke citraland, dimana kita bisa dapet spot foto monumen Yesus Memberkati yang memang searah sama jalan menuju bandara kalau lewat ringroad

Inung dan Monumen Yesus Memberkati

Perjalanan nggak sampai satu jam, karena memang cepet lewat sini, no macet, no crwoded, no traffic light. Biaya taksi sekitaran 100an lebih dikit kok, sampai sini masih nunggu 1,5 jam lagi, akhirnya duduk, muter-muter, main-main ke toilet (hobi) sampai akhirnya boarding pakai gate 1

Samratulangi

View sebelah kanan airport

View sebelah kiri airport

and then,,,, see u next time manado... 

Wisata Ngonthel

Akhir taun ya ini... Subhanllah, sampe nggak ada waktu buat tidur di kos lama-lama. Kalau enggak jakarta, luar kota Jateng, luar kantor, Ungaran, bener-bener mubeng seser kayak gangsingan. Kali ini capacity building di Magelang, ngapain ya? Acara motivasi hati sih sebenernya, tapi kalau orang yang nggak peka sih nggak tau apa isinya ceramah pak Biro, hohoho..

Jumat, 19 November 2016, selepas shalat Jumat kami se biro pergi ke Magelang (Biro Perenacaan dan Keuangan yes). Rombongan ada dua bis universitas. Tapi, eike sama mb depe numpang mobil si bos, hahaha. Setelah sebelumnya saya harus naik turun gunungpati kos gara-gara kaos seragam buat uotbond yang belum kering dicuci, berangkatlah kami tepat pukul 13.00. Perjalanan normal tanpa hambatan, kecuali mampir sebentar di KFC Magelang buat ngisi perut. Pukul 15.30 kami sampai lokasi di Hotel Atria Magelang, dan langsung masuk ke acara dengan pak wr sebagai pengisinya.

Malamnya, acara dilanjutkan dengan motivasi kerja oleh pak Biro, sengaja ini saya turun paling akhir gara-gara nonton badminton China Open (sssttttt). Acara baru selesai malam sekitar setengah 10an. 

Mana saya hhaayyooo

Setelah itu eike sama best partner turun ke bawah, liat kanan kiri jalan, jalan sebentar kosong mlompong nggak ada kucingan nggak ada apa, balik lagi ke lobi duduk disitu sampe ngantuk.

Pagi, 20 November 2016 kami sudah persiapan check out, sarapan, foto, pemisahan kelompok. Karena kali ini ada dua kloter, yang satu ngonthel, yang satu rafting. Saya ikut ngonthel, kenapa? Temen-temen deket ngonthel semua, hahahha (klise). Bis baru ijo ke arah onthel, yang bis lama ke rafting.

Full Team BPK

Perjalanan cukup singkat, sekitar setengah jam plesminesnya kalau dari hotel. Sesampainya di onthelan, yang cewek pada rebutan sepeda yang ada keranjangnya, biar nggak repot bawa tas, kalau saya sih cuma bawa dompet ijo, aqua, aquanya si abang, jaketnya si abang, topinya si abang, lah kok banyakan barang dia?? 

Ccciiiisssssss

Destinasi pertama setelah dari pool adalah bersepeda ke arah kerajinan seni lukis dan pembuatan tembikar. Di sini kita bisa melihat proses keduanya, bahkan mencobanya secara langsung, banyak sih yang nyoba, saya cuman jadi penonton aja. 

Kita ada di sini sekita 15 menitan, foto jeprat jepret, nyobain ini itu, ada bule jugak sih, trus balik. Eh salah, bukan balik ke pool ya maksudnya, tapi menuju destinasi selanjutnya. Setelah itu kami bermain di tempat kerajinan regginang. Tau kan regginang? itu loh, makanan khas yang terbuat dari ketan yang dikukus, trus dikeringkan, baru di goreng. Disini disediakan berbagai macam rasa, ada gurih, manis, pedas (eh ada nggak ya yg ini, lupa-lupa inget). Kami juga belajar cara pembuatannya di sini, tapi saya lebih asyik menemani mbak depe beli regginang buat bu boss. Harga regginangnya 25 ribu dapat 2, satunya berisi sekitar 20 regginang, kayaknya sih.. ambil yang campur aja, manis sama asin biar bisa ngrasain semuanya.

Setelah dari sini kita naik sepeda cukup jauh, tapi aslinya deket, asli deket, cuma diputer-puter aja sama masnya nih... Karena kita nggak tau ya cuma nnggiikkuuttt ajah. Kita masuk dalam kampung binaan BNI. Kampung ini disulap jadi destinasi wisata yang cukup ciamik. Sawah, rumah yang disulap jadi pusat kerajinan, dan homestay yang hampir ada di setiap jengkalnya. Bener-bener adem buat minggir dulu dari segala kesibukannya, suasana desa dapet banget. 

Masuk desa

Pintu keluar desa sisi satunya lagi

Setelah dari sini kita menuju ke sentra pembuatan batik. Belajar ayo belajar batik....

Itu masnya yang pake topi pengen tak cubit deh,, ada mbaknya disisi sebelah kanan pendopo batik, langsung ngacir ke kanan sementara saya yang nyepeda dibelakangnya ditinggalin aja. Oh,, pantesan kamu kesana mas... (langsung deh gue sewot). Ada dua instruktur batik, ceileh.. dikira senam. Kita belajar pake canting, batik harus tandes sama koran yang jadi bantalan kain. Pelajaran pentingnya, itu karet cairnya yang dipanasin pake kompor kecil nggak boleh diaduk-aduk, nah gueh aduk aja biar panasnya merata, hahaha (kena tegur sama ibu instruktur, hihihi).

Setelah dari sini, selanjutnya ke pusat kerajinan pensil. Di sini kita belajar menghias pensil lucu-lucu yang dipakein baju. Simpel ternyata, cuma bahan dengan pensil polos(pensil hotel kan gini ya), lem tembak, kain perca, spidol. Udah, tinggal tempel, kasih mata pake spidol, jadi deh. Di sini ada beberapa permainan tradisional kayak egrang, di tempat ini juga ada pusat oleh-oleh yang jual kerajinan dari kayu

Ternyata ini bukan destinasi terakhir.. The last foto di candi pawon sambil lepasin balon. Oh ya, ada catatan, jadi di setiap kita destinasi, hampir ada jajanan yang disediain loh... Tapi cuma destinasi rengginang sama pensil sih, hahaha

Lepas Balon di Candi Pawon

Begitulah akhir cerita Magelang kali ini.. Next Magelang lagi bela negara, tunggu ya... eike jalan-jalan dulu kerja sana sini pindah sana sini dulu yes...

Rischa

Inung

Fauziah

Nomas Nomas tut tut tut

I have a pen

I have an apel

Uh Apple Pen

I have a pen

I have a Pineapple

Uh pineapple pen

Apple pen

Pineapple pen

Uh Pen Pineapple Apple Pen

Pen Pineapple Apple Pen

Suara alarm hand phone sudah berbunyi tepat pukul 03.30 pagi. Langsung gelapan matiin, padahal biasanya mau dialrm berkali-kali juga susah bangunnya. Berhubung hari ini penting banget dan jam 5 tet udah harus sampai bandara buat check in akhirnya bisa bangun. Langsung wa mbak depe bilang kalau udah bangun jadi nggak perlu ditelpon lagi. Rabu, 2 November 2016, penerbangan pukul 06.00 menuju Jakarta (nah kan lagi, padahal Jumat minggu lalu udah ke sana). Sebelumnya juga udah cerita sih, setelah kepulangan dari Tegal langsung turn in sama macem-macem pekerjaan kantor. Bangun, mandi, pakai acara mules-mules yang lama sampai akhirnya pukul 04.30 si abang bbm, "lek ndang mangkat, check in terakhir jam 5" hhhuuuaaaa alarm hidup yang satu ini.... 

Tepat 04.38 meluncur lah saya dari kosan.. estimasi kalau pagi setengah jam lebih, otomatis saya panik. Kecepatan motor ada diangka 100 terus, tapi untungnya jalan menoreh sampai bandara cuma ada beberapa motor, karena panik akut sambil ngliatin jam tangan, setiap ada lampu merah saya langsung bablas saja, untung belum ada penjaga, hoho,,, maaf maaf. ddaannn jam 5 kurang 5 menit saya sampai parkiran dan lari-lari ke pintu keberangkatan yang jaraknya lumanyun... tteettt masih bisa check in dong saya.. terharu, baru kali ini saya takut telat.

Hari Rabu ini diisi dengan pembahasan dengan Bagren Dikti dan Irjen di Hotel Sultan. Menu menu? untuk harga yang berkali-kali dari SBU, kok kurang ya.. Tapi ya sutrahlah,, perbaikan gizinya tak apa itu-itu saja. Setelah glesotan dilantai, jalan muter ruang rapat, tempat fotokopi, mushola dan toilet (favourite place) pembahasan selesai pukul 6 petang. Kasur mana kasur, ngatuk banget. Di kamar 803 saya rencana sekamar dengan bu dini, nah nasib... Suami bu dini ini di Jakarta, jadi ya saya ditinggal sendiri deh.

Pukul setengah 8 malam, saya gabung turun dengan teman-teman yang sudah mengawali makan malam di resto, makan sedikit, ngobrol sedikit, lalu kami (saya, mas kap, mas riza) turun keluar mencari udara segar (serously) jakarta. Kita duduk-duduk sebentar di luar hotel sambil ngbrol nggak jelas, lalu mas kap balik ke kamar karena mau pergi ke rumah adiknya, nah... tinggal berdua kan itu, tak ajak aja deh mas riza muter jalan keluar, hahha. Ceritanya mau lihat istora sama GBK di malam hari.

Jalan Sudriman (Luar Hotel Sultan)

Masnya masuk lewat pintu keluar GBK

sebenernya GBK cuma tinggal nyebrang palang pintu depan hotel aja, tapi berhubung kita orang yang tertib, alias nggak jelas mau jalan kearah mana, jadinya kita muter dulu jalan jauh ke depan jalan raya, liat gedung-gedung tinggi dan masuk lewat pintu keluar GBK, ngeles... Lumayan jauh juga ya jalannya, muter-muter masuk ke dalam, liat Istora jadi kalau ntar ada badminton udah tau kan lokasinya dimana,, hahaha, trus karena si mas yang satu itu hobi banget sama bola, dia justru nyari stadion GBK, jadi masih muter aja deh kita. Dasar apes, karena GBK lagi under construction buat nyiapan Asian Games 2018, kita cuma mlongo kagak bisa masuk.

Pintu Istora

Stadion GBK

Cukup lama kami jalan kaki, capek juga jalan gelap gelapan, akhirnya balik kita ke hotel jam 9 malam, kali ini kita nggak muter ya, nerobos jalan, capek bbaannggg... hahaha

Kamis, 3 November 2016, rencana balik hari ini, entah siang atau sore, tiket yang udah dipesen Jumat, diajuin demi ngindarin demo 4 November. Karena pekerjaan udah selesai hari Rabu lalu, kita mau jalan-jalan. Kalau malem tadi cuma berdua karena si Candra udah ngilang pergi duluan, dan mas kaprawi main ke adiknya mana belum balik sampai Rabu pagi, kita sepakat jalan bertiga. Kemana kali ini, langsung deh,,,, "nomas", hahaha serius saya pengen banget ke sini loh, nglewatin sih udah berkali-kali, tapi mampir belum pernah. Naik apa nung, tak pesen taksi ya, gitu kata si Candran. No.... naik trans jakarta. Biar seru kita harus ngebolang. Fix. Karena belum mandi, kita balik ke kamar masing-masing buat mandi sebelum akhirnya main jalan-jalanan.

Pukul 8 tepat, kita udah keluar dari lobi hotel jalan kaki ke depan. Mas riza bilang di jalan utama depan, ada halte, dari jalan keluar belok kiri. Oke, jalan kita kesana, nah.... begitu sampai sana masalah muncul, jembatan penyebrangan ke halte kagak ada. Haltenya da di tengah jalan dan kita kagak bisa nyebrang jalan kaki tanpa jpo karena jalannya padet pake banget. Mau nggak mau akhirnya cuma jalan disepanjang trotoar sampe ke arah jalan gatot subroto, dan yang paling ngeselin, setelah kita jalan jjjaaauuhh banget dari sudirman sampai gatot subroto, ada tulisan lobi hotel sultan lewat pintu belakang. Giillaakkk... tau kalau halte polda nggak bisa dilewatin, kita muter dari dalem kan lebih cepet. Lalu kita nyebrang JPO ke halte, ddaannn tutup, nggak ada yang jaga, padahal kita nggak punya kartu e-money, tapi di situ ada tulisan top up di halte sebelah. Fine, kita jalan lagi nyebrangin JPO ke sisi halte sebelah kanannya (lupa sih apa nama haltenya). Bilang tuh sama mbaknya, kita nggak ada kartu trus beli disitu sekalian, sambil di top up 20 ribu, takut kurang karena kita kan bertiga. Pakenya mandiri (sekarang kartunya mas riza yang pegang, karena lebih bermanfaat dia bisa dipake di tol Semarang, nah kalau aku cuma buat menuhin dompet doang). Sambil tanya ke Monas naik yang apa, sama mbaknya dibilang Harmoni.

Udah sejam dari kita keluar tadi, jam 9 lewat, tapi nggak ada tuh yang ke arah Harmoni, capek nunggu sumpek, panas, saya tanya sama mbaknya yang lagi nunggu bisnya juga, sama mbaknya bilang nggak ada yang langsung Harmoni, mending naik apa aja yang turun semanggi nanti ganti rute selanjutnya. Zooonnnkkk... Trus jam 9 15 kita naik yang jurusan Tugas,asal naik, bodo amat nyampe mana. Si Candra sih sebernya agak tau karena dia kan ortunya di jakarta. Bisnya lumayan penuh, dan selanjutnya kita turum di halte Karet. Nunggu lagi lah kita bis yang jurusan Monas, nunggu 5 menit bisnya sampe, lumayan lega yang ini.

Busway milik Inung

Perjalanan total 45 menitan, jam 10 tet kita sampai di halte Monas, turun dari halte, jjaaalllaannn lagi.. Muternya cukup jauh juga, dan lagi-lagi kita masuk dari pintu keluar, haha. Suer masih jauh aja jalannya. Dulu terakhir mampir kesini tahun 2009, malam, dan enggak masuk, jadi cuma liat nomas lampunya kelap-kelip dari luar. Nah yang ini pada mau masuk, jadi jalan. Ada kereta yang bawa sampai pintu masuk sebenernya, tapi waktu itu belum ada penumpang, jadi kita jalan aja. Sampe sana cekrek dikit

Upin Ipin jalan kaki dari halte nomas ke nomas

Inung dan Nomas

Kalau foto di atas diambilkan dari dekat nomas lewat pintu keluar. Asumsinya belakang itu ada pager bisa dibuka buat masuk monas kan ya. Ternyata salah, salah banget. Kita kan masuk dari pintu keluar, jadi pintu masuknya ada di sisi lain dari ini, muter 180 derajat. Oh em ji..... Setelah muter jalan, setiap kali nemu sisi yang ada pintunya, semuanya ditutup. Bahkan sampai di pintu yang namanya pintu masuk pun pagernya tutupan. Penuh dengan keringat siang itu, dan lemes ketika udah sampai pintu masuk, tapi akses kesana ditutup. Sesaat setelah itu dateng kereta yang tadi masih nunggu penumpang di jalan keluar, otomatis kita cuma ketawa kecut ngelihat itu, tau gitu tadi sabar nunggu kan ya. Dari arah kereta itu berhenti, ada suara dari pengeras suara yang mengatakan kalau pintu masuk monas dari lorong bawah tanah tempat pemberhentian kereta tersebut. wwuuuiiihh, kita langsung nyebrang ngacir kesana. Turun tangga, lalu masuk ke loket, ternyata digitalisasi pembayaran sudah mengena sampai lokasi wisata yang dikelola pemprov Jakarta. Kita beli lagi deh itu kartu e-money dari bank DKI kali ini. Bahkan saya tidak sempat bertanya apakah bisa pakai e-money Mandiri yang tadi, tapi yaudahlah.. Kita bilang kalau mau sampai puncak, dan dikenakan biaya 50 ribu dan dapat kartu e-moneynya.

e-money

Dapet kartunya, kita langsung jalan lagi ke pintu masuk yang tadi ditutup gerbangnya, tapi kali ini lewat lorong bawah tanah, yang nembus ke arah dalam lingkungan nomas. Pantas saja kalau pintu masuk areal monas pintu pagernya nggak bisa dibuka, ternyata lewat lorong bawah tanah yang langsung nembus di dalam pager. Hadah. Trus kita langsung jalan lagi naik keatas, muter-muter museum sebentar, trus naik, loh... area pemutaran video, kok sepi... Tapi dari sini kedengeran banyak banget suara anak-anak kecil, nah si Candra baru sadar, Nung kayaknya kita ambil jalan yang salah, keluar, muter lagi kesisi sebelahnya. Oh mmaannn....

Setelah muter kita bisa masuk ke pintu gerbang monas, eh wait... antrriinnyyaaa kayak uler. Sementara liftnya cuma bisa menampung sepuluhan orang, kalau diitung-itung masih sejam kita ngantri belum tentu bisa naik. Tapi, kayaknya kita nggak ada kata menyerah, masih aja nekat nungguin loh... dasar nggak pernah dolan, kan eemmmaannggg, hahahaha

Sampai pukul 11 kurang 15 menit, masih ada sekitar 3 angkatan langi naik lift, padahal jam 12 kita udah harus cek ot dari hotel, beneran nih nggak nyandak, akhirnya mlipir keluar, dan lari-lari karena kondisi jalan luar prediksinya udah semakin macet. Nggak mau ngulang capek-capek jalan tapi keselip kereta, kita sengaja nunggu keretanya jalan. Iyalah, sama aja, kita jalan ngos-ngosan juga kereta duluan yang nyampe, sekalian aja nunggu lama nggak papa.

Candra (Kanan) Mas Riza (Kiri)

Sesampainya dipintu keluar, kita udah kayak orang jalan santai (salah banget) jalan nggak santai, setengah lari malah.. udah pukul 11 siang, duh nyampe nggak nyampe nggak. Di halte kita juga masih ada acara bingung mau naik jurusan apa, sudah ada beberapa yang bis yang lewat, kita masih aja liat rute bisnya. Akhirnya kita nekat aja asal naik, ambil yang jurusan Kota. Penuh banget serius yang ambil arah ini. Turun di karet kayak tadi, setelah turun baca rute lagi dan baru sadar kalau bis itu bisa sampai ke halte Polda. Nggak lama setelah itu ada bis lagi jurusan Kota, trus kita naik. Untuk memastikan, saya tanya deh sama mas yang jaga pintu transjakarta.

Pukul 12 kurang 10 menit, kita sampai di halte Polda. Turun, dan masih belum nemu jalan, lalu lintas semakin padet, pas jam makan siang kan, sangat nggak mungkin nyebrang. Mana si mas riza suka banget ngmong jangan jangan kita harus lewat jpo atau kalau mau nyebrang langsung pakai zebra cross, nanti kesalahan kita kalau ada apa-apa. taelah.... trus si Candra lari ke kita berdua yang udah jalan lari duluan ke depan, lewat dalamnya GBK, nanti pakai JPO di halte depan. Apah??? Kenapa nggak turun depan aja kalau begitu? Turun di Senayan kan lebih well daripada turun di Polda tapi trus jalan ke Halte Senayan...

Oke fine, saatnya rodshow. Kalau dari tadi jalannya udah setengah lari, sekarang jalannya udah bener-bener lari. Tu wa ga tu wa ga, keringetan udah netes kemana-mana. jalan nglewatin gedung-gedung perkantoran, bank bank gede, dan sampailah kita di halte senayan, nyebrang, lari-lari masuk GBK, jalan ke dalam, muter bagian dalam, nerobos jalan, nerobos palang pintu, nerobos pembatas jalan ke hotel sultan. Ini sudah benar-benar diluar batas maksimal kekuatanku. jam 12 lebih 5 menit, masuk hotel muka ngos-ngosan, ketemu mas kap yang semalem nginep di adiknya di lobi, cuma ketawa puas ngeliat wajah kita bertiga. Asemb. Kalau mas riza bilang seharian ini udah ada kalau kita jalan kaki 50 kilometer. 

Jam 14.10 kita berhasil sampai di Soetta, muka capek akut, jalan di airport bener-bener udah sakit semua badan, nggak kuat jalannya... gendong pplliiissss...

Setelah check in, langsung ke ruang boarding room di lantai 2, nyari makanan yang cepet, dan pesenlah kita di rice express

Paket Rice Express

Finally, piknik kali ini berakhir... Tiddduuurrrrr

Different of Jakarta

Kalau sebelumnya pas acara goes to Tegal saya bilang ada kerjaan RBA yang menanti sampai saya nggak sempet post di blog, nah inilah waktu saya ke Jakarta nganter dokumen RBA itu. Biasa aja kali ya ke Jakarta aja sampe di post, toh biasanya bolak-balik Jakarta, cuma ini beda. Aseli beda. Kenapa? Saya ngebolang ke Jakartanya sama mbak Depe.

Seminggu stelah saya piknik ke Tegal, tepatnya tanggal 28 Oktober 2016, saya dan partner di kantor nganterin dokumen kerjaan ke Dikti, dan mampir ke Kemenkeu buat nanyain progress usulan kerjaan. Pesawat kedua di hari itu, pukul 6.30 mbak depe udah sampai di kosan buat nyamperin saya, biar bareng ke airportnya. Tanpa persiapan apapun dari hari Kamis, padahal biasanya udah heboh kalau mau berangkat, ini santai aja, pas ditanya nanti naik apa waktu masih di kantor, saya cuman jawab pake bis. Sampai sana pukul 9, berhubung pakai garuda, masuklah kita ke terminal 3, kalau dulu pas masuk sini pertama saya dijemput sopir langganan, ini masuk sini nggak pake acara jemput-jemputan, bingung deh ya... Keluar gate 3 nyari taksi kok nggak ada, akhirnya saya memutuskan untuk ambil nomor antrian taksi bandara. Spekulasi aja kayak gimana caranya. Dapetlah taksi dan meluncur ke Dikti di Jalan Pintu I Senayan.

Pukul 10 pagi sampai Dikti, pencet-pencet nomor buat kontak wa si mas topan (staf bagren yang sering banget komunikasi sama unnes), sampai sana malah si masnya lagi di DJA, titipin aja mbak.. begitu reply wa nya, baiklah.... naiklah kita ke lantai 10, urusan dokumen, nitip ini itu, minta cap ini itu, nyerahi ini itu, ketinggalan, bolak balik manggil mbaknya yang dititipin (bbiiaasaaa pikun akut), setengah jaman selesai buat nyengar-nyengir garing, turunlah kita ke bawah buat nyari kantin. Karena kekantin ini awal tahun, saya lupa-lupa inget dimana lokasinya dan muter-muter jalan kaki nggak jelas baru ketemu, walhasil nasi rawon dalam sekejap habis sudah.

Next destination, di Kemenkeu, di DPJBN, tepatnya jalan lapangan banteng timur, nah semenjak dar kantin di gedung paling bawahnya dikti, sinyal saya mulai eror nih, bahkan waktu udah sampai taksi di luar gedung pun masih sama, jadinya kami cuma nginget-nginget nama gedung PK BLU yang mau kita kunjungi. Sopir taksi udah bilang gini, mau yang kemananya, ada dua loh, sebrangan.. Iya seinget saya juga dua sisi, saling bersebrangan, pas saya kesini dulu sama sopir langganan, jadi di bapak udah paham bangat lokasi PK BLU, nah ini pakai taksi dan sinya ngasih simbol e. Begitu deket monas, bapaknya tanya lagi, yang kemenkeu apa perekonomian neng, tak jawab kemenkeu dong ya... Trus masuk deh itu di sebelah kanan jalan, trus lurus baca papan petunjuk, ada nama yang nggak asing banget, namanya gedung Sutikno, menujulah kita kesana, dan pas tanya sama satpam si satpam nggak tau apa itu PK BLU. Wah, nyasar nih... asli nyasar, akhirnya saya memutuskan jalan kaki aja, turun dari taksi. 

Seinget kami, gedungnya ngumpet di belakang sendiri, tapi namanya nggak asing deh gedung ini, abis itu baca lagi, direktorat jendral anggaran (DJA) nnaahhh emang mau nyusul mas topan apa??? salah ini salah... akhirnya tanya lagi ke pegawi-pegawai situ yang mau berangkat Shalat Jumat, mas mas Gedung PK BLU mana ya, masnya cuma jawab, mau kemana? Kalau ini DJA bukan DJPBN, kalau ke DJPBN nyebrang jembatan itu di depan gerbang, jembatan penghubung antar kemenkeu. Yap... pasti deh kita salah ini. Oke,, nyebranglah kita dijembatan, jaraknya jauh loh.... suer.. masih dalam satu kompleks direktorat antara gedung satu sama yang lain aja jauh, pake acara nyebrang lagi.. sesampainya di sebrang, kita tanya lagi sambil trus search di google yang udah mulai H tanda signalnya. Oh,,, gedung Prihadi di pojokan mbak, paling belakang.. Hooorreee ketemu lokasi gedungnya meskipun harus jalan jauh lagi.

Tepat pukul 12 kita menemukan gedungnya, jalan masuk dan sepi. Iyalah,,, istirahat loh ini. Saya coba masuk dulu karena ada dua pegawai sini yang harus saya temuin, ya tebak-tebak berhadiah aja kali aja ada satu, dan bener,, ada ibu senior yang harus saya temui buat nyerahin data, minimal satu ketemu. Akhirnya kita sholat sholat dulu dan duduk-duduk di lantai 5. Saya coba masuk lagi ke ruangan kantor setelah waktu menunjukkan pukul 12.30, dan alhamdulilah sudah ada mbaknya.. Ngbrol singkat padat dan jelas sesuai kebutuhan, dan kita pamit.

Kita jalan keluar lewat pintu samping, jadi nggak perlu jalan jauh lagi kedepan, tanya mas-mas satpam nyari damri dimana tapi nihil, nanya satpam yang lain lagi ditunjukin diluar gerbang deket. Cuusss langsung keluar gerbang nengok kanan kiri kok nggak ada halte damri, tanya dong saya sama tukang bajaj, katanya jauh dianterin aja 25 ribu. Mahal, tapi alasannya jauh harus ke deket PRJ, naiklah kita. Trus saya inget-inget lagi, kata si abang, deket kok di Gambir, nah saya bilang pas udah di jalan, pak bukannya di Gambir, oh... mau yang gambir aja neng, yaudah.. (nah kan mau muterin kita yang jauh) nah tak nego dong harganya,,, hahaha, karena udah terlanjur jalan kearah yang lain akhirnya bayarnya kena 20 ribu. 

naik bajaj

Sampai stasiun gambir kayak orang ilang nggak tau jalan, setiap ada yang ketemu tak tanya sampai kata mbak depe tiap orang lewat kok ditanya, emange tau... hahhaa bodo amat, daripada nyasar. Terkhir ketemu satpam ditunjukkin arah belakang, ada bis disana, pukul 13.15 dan disana ada jadwal pemberangkatan 13.00 ke soetta. nah ini ke bandara nggak ya,, makin ragu, pas mau naik tanya sama penumpang lain jawabnya iya, trus saya tanya lagi beli tiketnya di dalem ya pak,, pasti bapaknya risi tak tanyain terus,,, hihi.. Sampai di dalem tanya lagi sama yang duduk sebelah saya, berapa jam ya buk sini soetta, hahaha kebanyakan tanya saya hari ini.

naik damri

Perjalanan 1 jam dengan biayan 40 ribu per orang. Murah loh,, kalau taksi kena 130 an, selisih sedikit sih kalau perginya dua orang. Tapi, ini pengalaman,,, jadi enakan nyoba damri dong ya.... Jam 2 lebih kita sampai terminal 3, makan dulu lah selagi sempet. Dan, karena sebelumnya belum pernah foto, baru kemaren take camera di terminal 3. Nice

Karena kita pesawat baliknya jam 15.25 kita jadi sempet makan dulu dan sholat ashar di sini. Berhubung ini penerbangan sore,, crowded banget lalu lintasnya, mau take off antri, mau landing juga antri. Perjalanan panjang sampai 2 jam buat Jakarta Semarang sore ini, ditambah cuaca dari naik pertama samapi tempat tujuan lagi nggak bersahabat. Cuaca buruk selama 2 jam penuh, pegangan nggak jelas, dan berdoa,, baru kali ini pengen cepet sampai benar-benar 2 jam yang llaammaaa. Karena kerasa goncangannya, naik turun, dan selalu naik tiap kena cuaca buruk, sampai akhirnya nggak bisa naik lagi,dan diluar awan gelap banget. Tapi alhamdulillah all is well

Goes to Tegal

Tegal? Long time banget udah nggak menginjakkan kaki di sini.. Padahal dulu sering banget main ke sini, naruh motor di staisun hari jumat minggu balik lagi ke Semarang, atau nitip motor di Kalibanteng belakang pool Nusanatara, Tapi itu dulu.... antara tahun 2009 sampai 2013, sekarang sih enggak. Anyway, kali ini ke Tegal karena teman baikku merid. Nah gueh kapan?? Plis jawab dong bang.... Iya teman dekat dari jaman kuliah S1 dulu, Indah namanya. Resepsi nikah tanggal 22 Oktober 2016, biasanya saya lansung cerita di blog ini kalau abis traveling meskipun sedeket itu, tapi semenjak ngantor hari Seninya yang udah nunggu kerjaan RBA tahun 2017 yang setebel itu dan Jumat hari kirim Jakarta, trus di tambah lagi Selasa berangkat Jakarta lagi bahas anggaran 2017, eike sampe nggak sempet cerita. Jangankan cerita ngopi bareng ama si abang yang satu itu aja enggak sempet.

Start from Sabtu pagi tanggal 22 Oktober 2016, dengan kereta pagi jam 7, akhirnya jam 6 kurang 15 saya mulai membelah pagi Semarang dingin dinginan naik motor, takut macet. Karena datangnya agak kepagian, udah terlanjur masuk kereta roti o yang rencana buat ganjel perut enggak kebeli. Alhasil perjalanan 2,5 jam nahan laper banget.. Padahal kalau kerja nggak laper-laper banget, tapi kalau buat travelling asli laper. Ya minimal nuat boongin perut saya pesen aja teh anget, lumayan deh.. Oya, saya selalu bawa buku kalau buat bepergian, apalagi kalau pas lagi solo traveler, biar nggak bosen di jalan. Anyway harga tiket kereta udah sama adminnya 50an ribu, duh lupa-lupa inget.

Bekal Buku dan Teh anget

Perjalanan cukup singkat, pukul 9 rasanya sudah sampai di stasiun Tegal. Karena perut lapar sedari Semarang, dan teman yang jemput pun belum dateng, akhirnya saya memutuskan mengisi perut dengan roti, roti yang tadi gagal saya beli di Stasiun Semarang (maksaaaaa). Saya pesan dua roti dan satu capucino untuk mengusir kantuk. Setelah habis satu roti dan capucino segelas, perut masih lapar, dan teman saya pun nggak dateng-dateng, yasudah... geser ke sisi sebelah kanan stasiun, pesen ayam goreng CFC, hahahha.. Setelah abis seporsi baru teman saya ini datang. Sebut saja Idha.

Selanjutnya kami meluncur ke Mejasem menjemput si centil Reny (anaknya asli centil, untung cantik, hahaha). Setelah ada acara nyasar-nyasar karena si Idha nggak hapal jalan, pukul 10 pagi kami sampai di rumah Renny, ganti baju dan siap berangkat jam 11 kurang. Perjalanan selanjutnya ke Pecabean. Ini nama sebuah desa di ujung Kabupaten Tegalm nama kecamatannya saya lupa. Padahal udah pernah ke rumah Indah semua, tapi tetep nggak ada yang apal rumahnya. Lucunya kita udah ngelewatin rumah acaranya itu, tapi karena nama yang ada di papan petunjuk itu nama orang lain kita nggak jadi masuk dan bablas nyasar. Setelah puas nyasar nanya kanan kiri rumah penduduk, ancer-ancer balik lagi ke rumah yang awalnya kita tau tapi nggak yakin. Sesampainya sana saya turun dan tanya sama bapak-bapak yang ada dibagian parkir dan mengangguk saat saya tanya ini rumah Indah atau bukan. Masih kurang yakin, sebelum bener-bener masuk ke area resepsi, Reny mendekati seorang ibu yang mengenakan baju kondangan tapi duduk santai di teras rumah, dan jawabanya juga bener. Sambil pas masuk kita mlongo-mlongo nyari si indah, masih takut kalau salah. Tapi Alhamdulillah bener..

Pukul 12 lewat, kita kahirnya pamit pulang, nggak enak kan mau habisin jatah makan tamu-tamunya, haha. Karena masih lama kereta pulang saya jam 5, akhirnya saya ngajakin ke pantai para gadis kota itu. Awalnya kita sholat dulu di Masjid, apalah namanya yang jelas bukan masjid kota. Trus meluncur kita ke Pantai Alam Indah, asumsinya sih yang deket aja sama kota. Tapi sampai sana zonk banget, lagi ada perbaikan pinggir pantai yang mau dibeton, mana panas pula... Bahkan cuma ada satu pengunjung selain kita... Omeje... Tiket masuk awal kalau nggak salah 15 ribu, tapi masuk di dalem masih ditarik parkir liar, biasa kan... Tapi udah terlanjur sampai sini, tak apalah turun sebentar foto cekrek.

Inung dan Pantai Alam Indah

Berhubung benar-benar sepi, akhirnya kami memutuskan next destination ke pantai Pur'In (Purwahamba Indah). Lumayan jauh sih.. karena lewatin pantura dan pojokan Larangan (dulu saya turun di pojokan ini terus dijemput, kalau nggak aa' yang jemput ya adiknya, tergantung siapa yang ada di rumah). Mungkin sekitar jam setengah 2 kita sampai di Purin, lumayan ramai lah dari pada pemberhentian pertama. Paling nggak ada yang mojok, hahhaa... asli mojok, di jembatan sambil pelukan, nggak tau malu, hotel mahal apa gimana sih. Kita duduk dipinggir pantai sambil cekrak cekrek nggak jelas disini.. Cek IG aja deh buat fotonya, udah ke del soalnya, ampun deh

Dua gadis cantik ini cuman duduk aja dari dateng, sementara saya udah jalan ke sono kemari nggak bisa anteng, sambil ambil beberapa foto, mulai dari di jembatan (jembatan cinta kali...) sampe foto yang lain, seru lumayan gede ombaknya, jadi kerasa getar-getar gimana gitu jembatannya. Kirain mau ambruk loh...

Inung Siap-siap nyemplung

Jembatan CCIINNTTAA

Sisi Sebelah kiri diambil dari Jembatan

Sisi sebelah kanan pantai dari jembatan

Setelah duduk cukup lama, jam 3 kita meluncur balik ke Kota Tegal, takut ketinggal peawat bbooo... Kita mampir dulu sholat di Masjid Kota Tegal, banyak yang berubah sih dari masjid ini semenjak terakhir saya kesini, lebih bagus yang jelas

Inung dan Masjid Tegal

Duduk-duduk di teras mesjid ini cukup lama, sampai akhirnya pukul setengah 5 saya minta diantar ke stasiun, dan mereka langsung balik. Perjalanan dari jam 5, sekitar pukul 19.00 lebih dikit saya sampai di stasiun Semarang. Dan perjalanan seharian di Tegalpun berakhir. Nice trip lah...